Deflasi Lima Bulan Berturut-turut, Begini Dampaknya pada Generali Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pada September 2024, terjadi deflasi sebesar 0,12% secara bulanan atau month to month (mtm). Ini juga menjadi deflasi bulanan kelima secara bulanan berturut-turut.

Kondisi deflasi ini bisa jadi berdampak terhadap bisnis asuransi jiwa, termasuk PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia). 

Chief Marketing Officer Generali Indonesia, Vivin Arbianti Gautama mengatakan bahwa hingga saat ini kondisi kinerja perusahaan masih aman dan stabil. Hal ini tercermin dari rasio solvabilitas Generali Indonesia yang masih terjaga di atas batas minimum yang ditetapkan pemerintah. 


Baca Juga: Generali Indonesia Siap Implementasikan PSAK 117

“Untuk kinerja bisnis, seluruh saluran distribusi kami juga masih berjalan dengan baik dan terus mengoptimalkan proteksi nasabah mengingat saat ini risiko kesehatan masih tinggi,” kata Vivin kepada Kontan.co.id, Kamis (3/10). 

Selain itu Vivin mengatakan, terkait dengan pembayaran klaim yang masih tinggi, pihaknya berharap kerja sama yang dibangun antara regulator dan berbagai stakeholder yang ada, dapat mengendalikan inflasi medis sehingga bisa meminimalisir kenaikan klaim kesehatan dan menjaga kinerja keuangan industri.

Selaras dengan hal ini, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) juga mengungkapkan bahwa sektor asuransi jiwa turut terdampak atas deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut di Indonesia.

Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menerangkan kondisi deflasi ini bisa menjadi tantangan untuk industri asuransi jiwa, terutama di tengah tekanan inflasi medis yang juga menambah beban pengeluaran kesehatan. 

Namun, Togar menyebutkan, jika melihat data kinerja industri asuransi jiwa pada semester I-2024, industri tetap mencatatkan total pendapatan premi sebesar Rp 88,49 triliun, yang tumbuh 2,6% secara tahunan dari Rp 86,24 triliun. 

Baca Juga: Generali Indonesia Catat Kesehatan Sumbang 79% Terhadap Total Klaim pada Juli

Sedangkan, premi di unit usaha konvensional dan syariah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,9% dan 7,6% secara YoY.

Menurut dia, data ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat tantangan ekonomi, kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan asuransi terus meningkat. 

“Dengan demikian, kami optimistis bahwa industri asuransi jiwa, baik konvensional maupun syariah, akan terus tumbuh secara positif di masa mendatang," kata Togar kepada Kontan.co.id, Kamis (3/10).

Selanjutnya: Akui Ada Masalah Distribusi Pupuk Bersubsidi, Wamentan: Kita Selesaikan Satu Per Satu

Menarik Dibaca: Layani Nasabah, Bank INA Resmikan Kantor Cabang di Sunter Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi