Deflasi pacu imbal hasil obligasi negara



JAKARTA. Obligasi pemerintah alias Surat Utang Negara (SUN) menorehkan imbal hasil atau return positif di awal tahun ini. Prospek hingga akhir tahun juga masih bagus, sebab masih ada peluang kenaikan harga obligasi.

Performa positif SUN tercermin dari indeks total return obligasi pemerintah atau Indobex Government Total Return. Per 28 Februari 2015, indeks return obligasi ini sudah naik 7,98% dibandingkan akhir tahun lalu. Adapun, return tahunan obligasi pemerintah sudah mencapai 20,44%. Sekadar catatan, return adalah kalkulasi selisih harga jual-beli SUN (capital gain) plus tingkat yield.

Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia Anup Kumar mengatakan, sejak dua bulan terakhir, pasar SUN banyak didukung sentimen positif domestik dan luar negeri. Dari dalam negeri, faktor penopang adalah deflasi dua bulan berturut-turut. Sedangkan faktor eksternal berupa penurunan harga minyak dunia yang berimbas pada neraca perdagangan lebih sehat.


"Sehingga wajar Indobex Government Total Return bisa tumbuh 7,96%. Di samping itu indeks ini memang seharusnya selalu di atas yield SUN tenor 10 tahun sebagai seri acuan yang likuid," ujar Kumar.

Mengutip situs Indonesia Bond Pricing Agency, Kamis (5/5), yield SUN tenor 10 tahun di level 7,22%.

Analis obligasi Sucorinvest Central Gani Ariawan bilang, tren deflasi berefek penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI rate). Ini yang menjadi katalis pendongkrak harga SUN, sekaligus menurunkan tingkat yield. Investor berekspektasi, BI rate rendah bisa menopang perekonomian.

"Tren kenaikan return SUN masih terbuka apabila BI kembali menurunkan suku bunga acuan," katanya.

Di samping itu, kinerja pasar SUN juga disokong membanjirnya likuiditas global. Maklum, Bank Sentral Jepang mengucurkan stimulus, dan langkah serupa dilakoni Bank Sentral Eropa mulai bulan ini. "Pasar SUN domestik menarik bagi asing lantaran yield yang ditawarkan masih cukup tinggi dibanding yield SUN negara lain," papar Ariawan.

Asing masih bertahan

Minat investor asing diprediksi masih cukup tinggi, meskipun saat ini mereka berhadapan dengan risiko pelemahan nilai tukar rupiah. Seperti diketahui, nilai investasi investor asing bisa tergerus jika rupiah terus terdepresiasi.

Hanya, Chief Investment Officer Eastspring Investments Indonesia Ari Pitojo bilang, faktor tersebut bukan masalah besar. Menurutnya pelemahan rupiah imbas dari penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Pelemahan nilai tukar juga terjadi pada sejumlah negara tetangga yang ekspornya bergantung pada komoditas.

"Apakah investor asing akan lari? Saya rasa tidak, dengan kepemilikan asing sekitar 40% dari total kepemilikan dalam SUN, tidak mudah bagi mereka keluar," prediksi Ari. Apalagi, yield SUN tenor 10 tahun di kisaran 7% masih menarik mengingat rasio utang terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto masih kecil.

Kumar memprediksi, yield SUN 10 tahun masih bisa naik ke level 7,6% akhir tahun ini. Pertimbangannya tren deflasi maupun inflasi rendah tak berlangsung lama sebab potensi kenaikan harga minyak dunia terbuka lebar tahun ini. Harga komoditas ekspor Indonesia juga belum pulih. Implikasinya neraca perdagangan bisa kembali defisit. Ariawan memperkirakan, SUN masih bisa mencetak return tahunan sekitar 12% di akhir tahun 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie