KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengungkapkan bahwa sektor asuransi jiwa turut terdampak atas deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12% secara bulanan atau
month to month (MtM). Deflasi ini lebih tinggi bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,03% MtM. Ini juga menjadi deflasi bulanan kelima secara berturut-turut. BPS mengungkapkan bahwa deflasi pada September 2024 ini lebih dalam jika dibandingkan dengan Agustus 2024, dan merupakan deflasi kelima selama 2024 secara bulanan.
Adapun kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi 0,59%, dan memberikan andil deflasi sebesar 0,17%.
Baca Juga: Rasio Beban Tugu Insurance Masih Terjaga Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu mengatakan, penurunan daya beli masyarakat bisa menyebabkan berkurangnya permintaan produk asuransi karena masyarakat lebih memilih untuk memprioritaskan kebutuhan dasar. "Adapun ini bisa menjadi tantangan, terutama di tengah tekanan inflasi medis yang juga menambah beban pengeluaran kesehatan," kata Togar kepada Kontan.co.id, Kamis (3/10). Namun, jika melihat data kinerja industri asuransi jiwa pada semester I-2024, industri tetap mencatatkan total pendapatan premi sebesar Rp 88,49 triliun, yang tumbuh 2,6% secara YoY dari Rp 86,24 triliun. Sedangkan, premi di unit usaha konvensional dan syariah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,9% dan 7,6% secara YoY. "Data ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat tantangan ekonomi, kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan asuransi terus meningkat. Dengan demikian, kami optimistis bahwa industri asuransi jiwa, baik konvensional maupun syariah, akan terus tumbuh secara positif di masa mendatang," tuturnya.
Baca Juga: Premi Asuransi Kebakaran Menyumbang 51% dari Total Premi Tugu Insurance Per Agustus CEO & President Director BCA Life Christine Setyabudhi mengatakan bahwa pihaknya berharap deflasi ini disikapi dengan serius oleh pemerintah, karena sudah berjalan selama lima bulan terakhir. Terlebih menurut dia, kebutuhan proteksi asuransi jiwa dan kesehatan sudah mulai meningkat sejalan dengan pemahaman masyarakat akan perlindungan keuangan yang terus berkembang. "Untuk itu, kami BCA Life akan terus memberikan solusi-solusi terbaik sesuai dengan kemampuan finansial setiap nasabahnya," kata Christine kepada Kontan.co.id, Rabu (3/10).
Baca Juga: Premi Asuransi Umum Lebih Unggul Dibanding Asuransi Jiwa pada Agustus 2024 Meski ada deflasi selama lima bulan terakhir ini, Christine mengatakan bahwa BCA Life masih mencatat peningkatan premi. Peningkatan terutama terjadi pada produk digital yang memang ditargetkan kepada anak muda dengan premi terjangkau dan cara beli yang mudah. "Maka hal ini, akan menjawab kondisi saat ini dimana daya beli yang menurun, masyarakat mulai beralih dari asuransi yang dibeli langsung, berubah ke asuransi digital dengan premi lebih terjangkau tetapi tetap terlindungi," imbuh Christine. Adapun total pendapatan premi yang dibukukan oleh BCA Life selama lima tahun berturut-turut, telah mencapai di atas Rp 1 triliun.
Baca Juga: OJK: Kinerja Intermediasi Sektor Jasa Keuangan Syariah Tumbuh Positif per Agustus PT Asuransi Jasindo Syariah memiliki pandangan berbeda, Jasindo Syariah mengatakan bahwa secara umum, sektor industri jasa keuangan khususnya asuransi umum masih belum terkena imbas dari deflasi yang terjadi sejak Mei lalu. Meski demikian, Direktur Utama Asuransi Jasindo Syariah At Yaltha mengatakan tetap ada potensi terkena dampak secara jangka menengah dan panjang. Hal tersebut tercermin dari kinerja positif dan pertumbuhan pendapatan premi secara tahunan. "Hingga akhir tahun, kami akan fokus menjalankan beberapa strategi utama yang dapat diimplementasikan. Salah satunya dengan optimalisasi penjualan produk yang sudah ada," tutur dia kepada Kontan.co.id, Kamis (3/10).
Baca Juga: Deflasi Terjadi dalam 5 bulan Terakhir, Begini Dampaknya pada BCA Life Jasindo Syariah akan meningkatkan fokus pada produk-produk yang sudah terbukti memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan, melakukan kampanye pemasaran, serta promosi yang optimal.
Selain itu, Jasindo Syariah akan memperluas jaringan distribusi dengan menjalin kerja sama baru. Perusahaan akan mencari mitra distribusi baru, seperti bank,
e-commerce, dan platform fintech untuk menjual produk asuransi syariah. Strategi lainnya, yakni melakukan peningkatan efisiensi operasional dan kualitas layanan. Dengan mempercepat proses digitalisasi layanan asuransi dan mengadopsi teknologi automasi untuk meningkatkan efisiensi dan kepuasan pelanggan. "Perusahaan juga akan melaksanakan kampanye edukasi yang intensif melalui berbagai media untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai manfaat asuransi syariah," pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati