MOMSMONEY.ID - Nilai tukar rupiah unggul melawan dollar AS pada perdagangan hari ini. Pelemahan indeks dollar menguntungkan rupiah, di saat domestik mengalami deflasi. Mengutip Bloomberg, Jumat (2/8), kurs rupiah spot ditutup menguat 37 poin atau 0,23% dibandingkan kemarin menjadi Rp 16.200 per dollar AS. Di eksternal, menurut Ibrahim Assuaibi, analis pasar forex dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, indeks dollar melemah di tengah potensi terjadinya penurunan suku bunga di AS.
Indeks manajer pembelian AS dan pasar tenaga kerja yang lemah, memunculkan kekhawatiran perlambatan ekonomi, dan pemotongan suku bunga The Fed pada September mungkin terlambat bagi ekonomi untuk mencapai
soft landing. Data yang lemah muncul setelah The Fed menandai potensi penurunan suku bunga pada September, yang membuat pasar hampir sepenuhnya memperkirakan pemotongan 25 basis poin pada bulan tersebut. Fokus pasar sekarang tertuju pada data penggajian non-pertanian yang akan datang, untuk isyarat lebih lanjut tentang ekonomi AS. Pasar tenaga kerja yang mendingin semakin mendorong prospek penurunan suku bunga oleh The Fed. Pasar juga berhati-hati mencermati perkembangan di Timur Tengah. Pembunuhan para pemimpin senior kelompok militan yang berpihak pada Iran, Hamas dan Hizbullah, memicu kekhawatiran bahwa kawasan itu bisa berada di ambang perang habis-habisan, yang berisiko mengganggu pasokan minyak mentah dan jalur transportasi di selat Hormutz. Sementara, di pasar Asia, Bank Sentral Jepang (BoJ) baru-baru ini menaikkan suku bunga sebesar 15 basis poin dan mengatakan berencana untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Ini menunjukkan akhir yang jelas bagi kebijakan stimulatif yang mendorong pasar Jepang selama setahun terakhir.
Baca Juga: Deflasi Terjadi 3 Bulan Beruntun, Bos BI Sebut Efek Menurunnya Harga Pangan Di internal, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Juli 2024 terjadi deflasi bulanan sebesar -0,18%. Ini melanjutkan tren deflasi yang terjadi selama dua bulan sebelumnya, yaitu -0,08% pada Juni 2024 dan -0,03% pada Mei 2024. Namun, BPS menganggap kondisi deflasi atau menurunnya harga barang-barang yang terjadi tiga bulan berturut-turut, tidak dapat disimpulkan sebagai penurunan daya beli masyarakat.
Deflasi pada Juli 2024 diklaim terjadi karena penurunan harga komoditas pangan, mulai dari bawang merah hingga daging ayam ras, akibat pasokan yang cukup di pasar. Komoditas utama penyumbang deflasi antara lain bawang merah, cabai merah, tomat dan daging ayam ras. Di saat yang sama, inflasi terjadi pada kelompok pendidikan. Menurut komponennya, inflasi inti bulan Juli 2024 tercatat sebesar 0,18% dengan andil 0,12%. Komponen diatur pemerintah mengalami inflasi 0,11% dengan andil 0,02%. Sementara komponen bergejolak atau
volatile food mengalami deflasi 1,92%, dengan andil terhadap deflasi 0,32%. Ibrahim memperkirakan, pada perdagangan Senin depan, rupiah spot fluktuatif, namun berpeluang ditutup menguat di rentang Rp 16.160-Rp 16.230 per dollar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini