JAKARTA. Meski baru saja mendapatkan 24% saham PT Newmont Nusa Tenggara, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tak berhenti melakukan ekspansi. Kali ini, anak usaha PT Bakrie & Brothers ini berminat masuk ke PT Berau Coal. Awalnya, BUMI menjajaki kerjasama dengan PT Recapital Advisors, pemilik baru Berau, untuk menjual produk batubara tambang ini.Dileep Srivastava, Senior Vice President Hubungan Investor BUMI mengatakan, pihaknya tertarik membantu penjualan batubara Berau Coal secara eksklusif. "Jumlah batubara mereka mencapai 15 juta ton," imbuhnya di Jakarta, kemarin (3/12). Dengan pangsa pasar BUMI saat ini, BUMI yakin bisa menjual batubara Berau dengan harga terbaik.Namun, rencana ini masih sebatas wacana internal BUMI. "Ini masih dalam minat kami," kata Dileep. Hingga saat ini, belum ada kesepakatan lebih lanjut antara BUMI dengan Recapital dan Berau Coal. Lagipula, Recapital baru merampungkan proses pembelian 90% saham Berau pada bulan ini. Pemilik Berau sebelumnya adalah PT Armadian Tritunggal menguasai 51% saham, Rognar Holding B.V. punya 30%, dan sisanya dimiliki Sojitz Corp. Armadian sendiri dimiliki oleh Rizal Risjad.Sebelumnya, BUMI memang disebut-sebut ingin menguasai Berau lewat Recapital. Peminat Berau lainnya adalah konsorsium PT Indika Energy Tbk, Banpu PLC Thailand, dan PT Quattro Inti Investama.Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman mengatakan, BUMI baru pertama kali berperan sebagai perantara perdagangan batubara. "Kalau mereka tidak ada kepentingan di Berau, untuk apa mereka merencanakan aksi itu," imbuhnya. Dia menaksir, Berau memiliki banyak cadangan batubara dengan kualitas setara batubara PT Arutmin yang merupakan anak usaha BUMI. Produksi Berau mencapai 20 juta ton per tahun.Mau cari utang lagiSelain menggandeng Recapital dan Berau, Dileep menyatakan, BUMI juga berniat berinvestasi dan mengakuisisi tambang batubara, tembaga, atau emas. Sumber pendanaannya dari penerbitan obligasi, pinjaman bank, atau fasilitas pendanaan lainnya. Kalau sasaran akuisisi itu tidak masuk dalam skala investasi BUMI, duit pinjaman itu akan digunakan untuk membayar sebagian utang.Selain itu, BUMI akan menganggarkan belanja modal US$ 2,26 miliar dalam beberapa tahun ke depan. Sebesar US$ 1,1 miliar dari bujet ini dialokasikan untuk belanja modal dua anak usahanya: Arutmin dan PT Kaltim Prima Coal. "Dua perusahaan itu bisa memenuhi pendanaannya sendiri dari kas internal," kata Dileep.Sedangkan kebutuhan belanja modal untuk Herald Resources di Proyek Dairi mencapai US$ 211 juta. BUMI juga akan mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 500 juta buat pengembangan tambang tembaga Gorontalo Minerals dan tambang emas di Citra Palu Minerals.Selanjutnya, US$ 300 juta diperuntukkan bagi pengembangan bijih besi di Mauritania. Terakhir, belanja modal untuk dua anak usahanya, yaitu Fajar Bumi Sakti dan Pendopo Energy sebesar US$ 150 juta. Menurut Dileep, seluruh kebutuhan dana untuk pengembangan anak usaha BUMI bersumber dari pembiayaan eksternal. Bentuknya bisa berupa penerbitan obligasi, atau utang bank.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dekati Recapital, BUMI Ingin Masuk Berau Coal
JAKARTA. Meski baru saja mendapatkan 24% saham PT Newmont Nusa Tenggara, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tak berhenti melakukan ekspansi. Kali ini, anak usaha PT Bakrie & Brothers ini berminat masuk ke PT Berau Coal. Awalnya, BUMI menjajaki kerjasama dengan PT Recapital Advisors, pemilik baru Berau, untuk menjual produk batubara tambang ini.Dileep Srivastava, Senior Vice President Hubungan Investor BUMI mengatakan, pihaknya tertarik membantu penjualan batubara Berau Coal secara eksklusif. "Jumlah batubara mereka mencapai 15 juta ton," imbuhnya di Jakarta, kemarin (3/12). Dengan pangsa pasar BUMI saat ini, BUMI yakin bisa menjual batubara Berau dengan harga terbaik.Namun, rencana ini masih sebatas wacana internal BUMI. "Ini masih dalam minat kami," kata Dileep. Hingga saat ini, belum ada kesepakatan lebih lanjut antara BUMI dengan Recapital dan Berau Coal. Lagipula, Recapital baru merampungkan proses pembelian 90% saham Berau pada bulan ini. Pemilik Berau sebelumnya adalah PT Armadian Tritunggal menguasai 51% saham, Rognar Holding B.V. punya 30%, dan sisanya dimiliki Sojitz Corp. Armadian sendiri dimiliki oleh Rizal Risjad.Sebelumnya, BUMI memang disebut-sebut ingin menguasai Berau lewat Recapital. Peminat Berau lainnya adalah konsorsium PT Indika Energy Tbk, Banpu PLC Thailand, dan PT Quattro Inti Investama.Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman mengatakan, BUMI baru pertama kali berperan sebagai perantara perdagangan batubara. "Kalau mereka tidak ada kepentingan di Berau, untuk apa mereka merencanakan aksi itu," imbuhnya. Dia menaksir, Berau memiliki banyak cadangan batubara dengan kualitas setara batubara PT Arutmin yang merupakan anak usaha BUMI. Produksi Berau mencapai 20 juta ton per tahun.Mau cari utang lagiSelain menggandeng Recapital dan Berau, Dileep menyatakan, BUMI juga berniat berinvestasi dan mengakuisisi tambang batubara, tembaga, atau emas. Sumber pendanaannya dari penerbitan obligasi, pinjaman bank, atau fasilitas pendanaan lainnya. Kalau sasaran akuisisi itu tidak masuk dalam skala investasi BUMI, duit pinjaman itu akan digunakan untuk membayar sebagian utang.Selain itu, BUMI akan menganggarkan belanja modal US$ 2,26 miliar dalam beberapa tahun ke depan. Sebesar US$ 1,1 miliar dari bujet ini dialokasikan untuk belanja modal dua anak usahanya: Arutmin dan PT Kaltim Prima Coal. "Dua perusahaan itu bisa memenuhi pendanaannya sendiri dari kas internal," kata Dileep.Sedangkan kebutuhan belanja modal untuk Herald Resources di Proyek Dairi mencapai US$ 211 juta. BUMI juga akan mengalokasikan belanja modal sebesar US$ 500 juta buat pengembangan tambang tembaga Gorontalo Minerals dan tambang emas di Citra Palu Minerals.Selanjutnya, US$ 300 juta diperuntukkan bagi pengembangan bijih besi di Mauritania. Terakhir, belanja modal untuk dua anak usahanya, yaitu Fajar Bumi Sakti dan Pendopo Energy sebesar US$ 150 juta. Menurut Dileep, seluruh kebutuhan dana untuk pengembangan anak usaha BUMI bersumber dari pembiayaan eksternal. Bentuknya bisa berupa penerbitan obligasi, atau utang bank.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News