KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah naik sekitar 1% pada hari Jumat, setelah mencapai level tertinggi dalam satu tahun dan mendekati level US$ 60 per barel untuk jenis Brent. Penguatan harga minyak didukung oleh harapan kebangkitan ekonomi dan pembatasan pasokan oleh anggota OPEC+. Di sisi lain, harga minyak juga mendapat dukungan karena pasar saham Amerika Serikat (AS) mencapai rekor tertinggi di tengah tanda-tanda kemajuan menuju lebih banyak stimulus ekonomi, sementara laporan pekerjaan di Negeri Paman Sam itu juga mengonfirmasi pasar tenaga kerja stabil. Jumat (5/2), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2021 ditutup menguat 50 sen atau 0,9% ke level US$ 59,34 per barel. Pada perdagangan sesi tersebut, harga minyak mencapai level tertinggi sejak 20 Februari di US$ 59,79 per barel.
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Maret 2021 naik 62 sen atau 1,1% menjadi US$ 56,85 per barel. Di sesi tersebut, WTI sempat menyentuh level US$ 57,29 per barel, tertinggi sejak 22 Januari tahun lalu. Dengan penguatan di akhir pekan ini, harga minyak mentah WTI naik sekitar 9% di pekan lalu. Ini adalah persentase kenaikan terbesar sejak Oktober 2020, sebagian karena persediaan minyak AS pekan lalu turun ke level yang terakhir terlihat pada bulan Maret. Sementara itu, harga Brent naik sekitar 6% untuk minggu lalu. "Brent mengincar level US$ 60 per barel sekarang karena OPEC+ telah berhasil meredakan sebagian besar kekhawatiran sisi pasokan dan lonjakan Covid-19 secara global," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
Baca Juga: Produksi CPO tahun ini diproyeksi akan mencapai 52,3 juta ton "Fundamental tetap kuat untuk minyak mentah, tetapi konsolidasi tampaknya mungkin mengingat kenaikan baru-baru ini." Terakhir kali Brent diperdagangkan pada level US$ 60 per barel, pandemi belum terjadi, dan ekonomi masih menguat dengan permintaan bahan bakar jauh lebih tinggi. Peluncuran vaksin Covid-19 telah memberi harapan akan pertumbuhan permintaan. Tetapi bahkan dengan optimisme yang berasal dari OPEC+ terkait dengan protyeksi defisit minyak di sepanjang tahun 2021, jangan berharap konsumsi minyak kembali ke tingkat sebelum pandemi berlangsung hingga tahun 2022. "Apa yang benar-benar membantu pasar saat ini, dan merupakan alasan yang lebih valid untuk kenaikan harga yang kami lihat, sekali lagi datang dari Arab Saudi dan Saudi Aramco," kata kepala pasar minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen. Asal tahu saja, Aramco sudah menaikkan harga jual resmi Arab Light (OSP) ke Eropa Barat Laut untuk bulan Maret sebesar US$ 1,40 per barel dari bulan sebelumnya. Ini bisa menandakan Arab Saudi lebih percaya diri dalam prospek permintaan, memberi makan sentimen
bullish, kata Tonhaugen. OPEC+, tetap pada kebijakan pengetatan pasokan mereka pada pertemuan hari Rabu. Rekor pemotongan OPEC + telah membantu mengangkat harga dari posisi terendah bersejarah tahun lalu.
"Disiplin OPEC+ benar-benar positif," ujar Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets. Jumlah anjungan minyak AS, indikator awal produksi di masa depan, telah meningkat selama lima bulan berturut-turut. Minggu ini, jumlah rig naik empat menjadi 299, tertinggi sejak Mei, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. Laju pemulihan di produsen teratas dunia, bagaimanapun, melambat. Pemerintah AS pekan ini memproyeksikan produksi minyak mentah Negeri Paman Sam tidak akan melampaui rekor 2019 sebesar 12,25 juta barel per hari hingga 2023. Produksi pada 2020 turun 6,4% menjadi 11,47 juta barel per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari