KONTAN.CO.ID - VILNIUS. Pada hari pertama KTT NATO di Vilnius, Lituania, hari Selasa (11/7), para pemimpin negara melahirkan deklarasi yang memastikan bahwa masa depan Ukraina berada di NATO.

Di momen yang sama, NATO juga membatalkan persyaratan bagi Ukraina untuk memenuhi Rencana Aksi Keanggotaan (MAP). Penghapusan aturan itu sekaligus menghilangkan rintangan sulit yang dihadapi Ukraina untuk mendapatkan keanggotaan NATO.

"Masa depan Ukraina ada di NATO. Integrasi Euro-Atlantik Kyiv telah bergerak melampaui kebutuhan akan Rencana Aksi Keanggotaan (MAP)," bunyi deklarasi tersebut, dikutip Reuters.

Baca Juga: Ini Ancaman Keras Rusia Jika Ukraina Jadi Anggota NATO

Setelah ini NATO akan segera mengirimkan undangan kepada Ukraina untuk bergabung, namun itu akan dilakukan setelah semua persyaratan terpenuhi.

"Kami akan berada dalam posisi untuk menyampaikan undangan ke Ukraina untuk bergabung dengan aliansi ketika sekutu setuju dan persyaratan terpenuhi," kata deklarasi itu.

Para pemimpin NATO tidak menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi Ukraina, mereka hanya menyatakan kesiapannya untuk membantu Ukraina membuat kemajuan dalam interoperabilitas militer serta reformasi sektor demokrasi dan keamanan tambahan.

Baca Juga: Korea Selatan dan NATO Perluas Kerja Sama Terkait Isu Keamanan Global

KTT NATO di Vilnius

NATO menyiagakan sekitar 1.000 pasukan keamanan jelang KTT di kota Vilnius, Lituania, yang akan berlangsung pada 11-12 Juli mendatang. Pengerahan pasukan ini dilakukan karena lokasinya berbatasan dengan sekutu Rusia, Belarusia.

Vilnius berjarak hanya 32 km dari pagar perbatasan dengan Belarusia dan 151 km dari Rusia.

Enam belas sekutu NATO telah mengirim total sekitar 1.000 tentara untuk mengamankan KTT tersebut. Banyak juga yang menyediakan sistem pertahanan udara canggih yang tidak dimiliki negara-negara Baltik.

Baca Juga: 1.000 Tentara NATO Bersiaga Amankan KTT di Vilnius Dekat Rusia dan Belarusia

Jerman mengerahkan 12 peluncur rudal Patriot yang dapat digunakan untuk mencegat rudal balistik dan jelajah atau pesawat tempur.

Sementara itu, Spanyol membawa sistem pertahanan NASAMS, Prancis mengirim howitzer self-propelled Caesar serta sistem anti-drone dengan Inggris.

Belum cukup sampai di situ, Prancis, Finlandia, dan Denmark juga mengutus jet tempur mereka ke Lituania. Polandia dan Jerman mengirim pasukan operasi khusus dengan helikpter. Negara lainnya turut menyumbang peralatan untuk menghadapi potensi serangan kimia, biologi, radiologi, dan nuklir.