Delapan hari, NAB reksadana turun Rp 1,8 triliun



JAKARTA. Nilai aktiva bersih (NAB) reksadana saham selama delapan hari Agustus menurun. Menilik data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) NAB turun Rp 1,87 triliun menjadi Rp 62,66 triliun. Sementara, total dana kelolaan reksadana juga turun Rp 817,47 miliar menjadi Rp 177,28 triliun.

Indeks Harga Saham Gabungan dari akhir Juli sampai 8 Agustus, menurun 1,26% dibanding posisi akhir Juli ke 4.090,71.

Praska Putrantyo, Analis PT Infovesta Utama, mengatakan penurunan NAB karena libur Lebaran. Selain itu, investor mengantisipasi sepanjang libur bursa domestik. Akibatnya, investor cenderung menarik dana dari portofolio yang rawan sentimen global.


Sunggul Situmorang, Direktur Utama Jisawi Finas Fund Management bilang, prediksi penurunan harga saham membuat investor cenderung menarik dana. Dia bilang, investor cenderung switching portofolio.

Itu terlihat dari reksadana saham Jisawi Progresif turun Rp 3 miliar – Rp 4 miliar. Namun, dana kelolaan pada produk Jisawi Obligasi Plus naik Rp 12 miliar. Meski begitu, Sunggul yakin setelah ramadan investor akan kembali ke reksadana saham.

Meski begitu, para manajer investasi yang dihubungi KONTAN bilang, tidak ada penarikan dana (redemption) di reksadana saham. Suwito Haryatno, Direktur MNC Asset Manajemen pun melihat saat ini investor cenderung menggunakan strategi cost averaging.

September masuk

Akibatnya, dana kelolaan reksadana saham milik MNC masih naik Rp 4 miliar menjadi Rp 553 miliar per 10 Agustus. Suwito mengaku tidak banyak yang profit taking. "Nasabah melihat jangka panjang dan relatif optimis," klaim dia.

Suwito bilang, redemption justru terjadi di reksadana pasar uang miliknya mencapai Rp 300 miliar. Penarikan dana ini karena nasabah ritel membutuhkan dana kas yang besar. "Mereka melihat kondisi dulu dan akan ramai lagi September," jelas dia.

Secara historis, investor reksadana saham kembali menambah dana (subscription) menjelang akhir kuartal tiga atau awal Oktober. Pasalnya, kinerja kuartal tiga akan mulai menyusun budget anggaran belanja modal tahun depan. Selain itu, IHSG mulai melandai sehingga investor kembali akumulasi beli.

Praska pun melihat, reksadana saham hingga akhir tahun masih berprospektif karena fundamental yang masih bagus. Selain itu, price earning ratio masih dibawah rata-rata historis lima tahun terakhir. Selain itu, sentimen eksternal adanya stimulus dari bank sentral di dunia sehingga bisa mendongkrak pemulihan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana