KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Delta Dunia Makmur Tbk (
DOID) mengejar peningkatan kinerja operasional pada tahun ini. Hal ini tercermin dari target-target yang dibidik oleh emiten jasa kontraktor pertambangan tersebut. Tahun ini, DOID mengejar target volume pengupasan lapisan tanah penutup atau
overburden removal (OB) sebanyak sebanyak 310-350 juta bank cubic meter (BCM) di tahun 2021, naik dibanding realisasi OB tahun 2020 yang sebesar 281,8 juta BCM. Bersamaan dengan target tersebut, DOID juga menargetkan produksi batubara sebesar 45-50 juta ton. Sebagai pembanding, DOID melalui anak usahanya, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (
BUMA), mencatatkan volume produksi sebesar 45,3 juta ton batubara di sepanjang tahun lalu.
Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur, Regina Korompis, mengatakan, tren harga batubara belakangan ini membuat pelanggan DOID meningkatkan produksi batubara mereka secara perlahan ke angka normal.
Baca Juga: Kontrak Adaro ke Pamapersada berakhir, begini kesiapan United Tractors “Optimisme ini hadir dengan harapan bahwa harga batubara bisa terus kuat,” ujar Regina kepada Kontan.co.id, Rabu (17/3). Seperti diketahui, harga batubara memang menunjukkan penguatan belakangan ini. Mengutip publikasi Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, HBA naik dari semula US$ 51 per ton pada Oktober 2020 kemudian naik berturut-turut menjadi US$ 55,71 per ton pada bulan November 2020, US$ 59,65 per ton di bulan Desember 2020, US$ 75,84 per ton pada bulan Januari 2021, dan US$ 97,79 per ton di Februari 2021. Di bulan Maret 2021, HBA sempat turun tipis US$ 3,3 per ton menjadi US$ 84,49 per ton. Namun, angka tersebut masih lebih besar dibanding posisi HBA di bulan Desember 2020 yang sebesar US$ 59,65 per ton dan HBA Januari 2021 yang sebesar US$ 75,84 per ton. Catatan saja, selain faktor
demand and supply, perhitungan nilai HBA juga diperoleh dari rata-rata empat indeks harga batubara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya. Bersamaan dengan target operasional yang dicanangkan, DOID membidik pendapatan sebesar US$ 780 juta - US$ 860 juta tahun ini. Dari situ, DOID menargetkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias
Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar US$ 200 juta - US$ 240 juta.
Baca Juga: IHSG bisa menguat hari ini (17/3), ini rekomendasi sahamnya Untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) berencana menganggarkan capex sebesar US$ 150 - US$ 200 juta tahun ini, lebih besar dari serapan capex tahun lalu. Asal tahu, tahun lalu DOID memang memutuskan tidak terlalu banyak mengeluarkan capex, menimbang situasi pandemi. Hanya saja, DOID belum merilis berapa persisnya angka serapan capex pada tahun lalu. “Capex kami (tahun 2021) lebih besar karena ada tambahan volume dari kontrak Bayan untuk tahun depan,” papar Regina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli