JAKARTA. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki lahan pertanian yang terbilang luas dengan jumlah keluarga petani yang mencapai 26 juta jiwa sesuai Sensus Pertanian 2013. Dengan luas lahan pertanian saat ini mencapai 1.922,570 kilometer persegi, tentu harus mendapat sokongan ketersediaan alat pertanian yang memadai. Sayang, meski sekelas cangkul yang sudah ratusan tahun diproduksi, alat petani paling sederhana ini nyatanya masih harus didatangkan dari negara luar alias impor. Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia menyebut, industri cangkul sudah lama menyusut karena produsen lokal kesulitan mendapat mata cangkul. Alhasil, cangkul dari China dan Thailand merajalela. Meskipun harga pacul impor ini murah meriah, tapi kualitasnya jauh dari harapan. Sebagian petani mengenal cangkul impor sebagai cangkul pabrikan karena bentuk permukaannya yang lebih halus dan rapi. Wowo, petani asal Cibatu, Garut, Jawa Barat bilang, pacul pabrikan dan buatan pandai besi terlihat jelas perbedaannya dari ketebalan dan kehalusan. “Kalau pacul pandai besi lebih berat dan tajam. Tapi harganya lebih mahal ketimbang cangkul bikinan pabrik,” akunya. Kualitas cangkul impor ini memang bervariasi lantaran sebagian masuk dari jalur resmi dan tak sedikit yang diduga masuk dari jalur ilegal.
Demi cangkul, tiga perusahaan ini kerjasama
JAKARTA. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki lahan pertanian yang terbilang luas dengan jumlah keluarga petani yang mencapai 26 juta jiwa sesuai Sensus Pertanian 2013. Dengan luas lahan pertanian saat ini mencapai 1.922,570 kilometer persegi, tentu harus mendapat sokongan ketersediaan alat pertanian yang memadai. Sayang, meski sekelas cangkul yang sudah ratusan tahun diproduksi, alat petani paling sederhana ini nyatanya masih harus didatangkan dari negara luar alias impor. Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia menyebut, industri cangkul sudah lama menyusut karena produsen lokal kesulitan mendapat mata cangkul. Alhasil, cangkul dari China dan Thailand merajalela. Meskipun harga pacul impor ini murah meriah, tapi kualitasnya jauh dari harapan. Sebagian petani mengenal cangkul impor sebagai cangkul pabrikan karena bentuk permukaannya yang lebih halus dan rapi. Wowo, petani asal Cibatu, Garut, Jawa Barat bilang, pacul pabrikan dan buatan pandai besi terlihat jelas perbedaannya dari ketebalan dan kehalusan. “Kalau pacul pandai besi lebih berat dan tajam. Tapi harganya lebih mahal ketimbang cangkul bikinan pabrik,” akunya. Kualitas cangkul impor ini memang bervariasi lantaran sebagian masuk dari jalur resmi dan tak sedikit yang diduga masuk dari jalur ilegal.