Demi Dorong Konsumsi, Pemerintah China Siapkan Subsidi 62,5 Miliar Yuan untuk 2026



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China akan menyiapkan subsidi dengan nilai 62,5 miliar yuan, setara Rp 149,12 triliun dalam program tukar tambah barang konsumsi untuk 2026. Kebijakan ini memperpanjang program stimulus pemerintah untuk mendongkrak permintaan domestik di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini.

Menurut Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, yang merupakan badan perencanaan ekonomi tertinggi China, dalam pernyataan yang dirilis Selasa (30/12) malam waktu setempat, pemerintah China akan mengumpulkan dana subsidi tersebut dengan menjual obligasi pemerintah khusus bertenor ultra-panjang.

Pemerintah daerah akan diarahkan untuk mengendalikan implementasi subsidi dengan tepat dan menggunakan subsidi secara seimbang dan teratur. Dengan demikian, kebijakan subsidi tersebut bisa memberikan dampak maksimal.


Baca Juga: China Tingkatkan Dukungan Finansial untuk Dorong Konsumsi Domestik

Pemerintah akan menawarkan subsidi tukar tambah kendaraan listrik hingga 12% dari harga. Selain itu, pemerintah China juga memperluas program untuk barang elektronik termasuk telepon seluler, tablet, dan jam tangan pintar.

Pemerintah China telah menawarkan subsidi ini sejak pertengahan 2024 untuk menstabilkan konsumsi yang terpukul oleh merosotnya sektor properti selama bertahun-tahun dan deflasi yang terus-menerus.

Pemerintah China telah menjadikan peningkatan daya beli domestik sebagai prioritas ekonomi utama di 2026. Ini seiring upaya negara asal kungfu ini memitigasi ketegangan dengan negara lain, meskipun saat ini ada gencatan dalam perang tarif dengan Amerika Serikat.

Baca Juga: China Beri Subsidi Anak Rp 8 Juta Per Tahun Dorong Angka Kelahiran

Tahun ini, pemerintah China telah mengalokasikan subsidi sebanyak 300 miliar yuan untuk mendukung pembelian barang konsumsi mulai dari mobil dan ponsel pintar hingga peralatan rumah tangga. Nilai tersebut dua kali lipat realisasi pada tahun 2024.

Hasilnya mulai terlihat di Desember ini. Aktivitas manufaktur China secara tak terduga tumbuh pada Desember, mengakhiri penurunan selama delapan bulan berturut-turut.

Menurut survei Biro Statistik Nasional, yang dipublikasikan Rabu (31/12) Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur China naik menjadi 50,1 pada Desember dari 49,2 pada bulan November. Artinya, sektor manufaktur kembali ekspansi.

Baca Juga: China Siap Membahas Tarif dan Subsidi dengan AS di WTO

Sub-indeks pesanan baru dan pesanan ekspor baru naik menjadi 50,8 dari angka 49,2 pada November dan 49,0 dari angka 47,6, masing-masing, setelah angka ekspor bulan lalu melampaui perkiraan.

PMI non-manufaktur, yang mencakup jasa dan konstruksi, berada di angka 50,2, setelah menyusut pada November untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun.

Dalam data terpisah yang dirilis pekan lalu, perusahaan industri Tiongkok mencatat penurunan laba sebesar 13,1% secara tahunan pada November. Ini penurunan paling tajam dalam lebih dari setahun, karena permintaan global yang lesu membebani ekonomi yang berorientasi ekspor.

Selanjutnya: Pemulihan Aceh Tamiang Dipercepat, 600 Hunian Sementara Telah Dibangun

Menarik Dibaca: Makin Ngacir, Canton Memimpin Kripto Top Gainers 24 Jam Terakhir