Demi jaga investasi, SKK Migas merayu KKKS agar tetap melaksanakan rencana kerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus berupaya menjaga investasi tetap berjalan kendati dibayangi tekanan harga minyak dan pandemi covid-19.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bilang pihaknya bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) masih terus mengkaji kembali pelaksanaan rencana kerja di tahun ini. "Tugas kami rayu KKKS agar rencana penundaan bisa dibatalkan. Kita harap betul investasi bisa jalan," ungkap Dwi dalam diskusi virtual, Rabu (19/8) malam.

Dwi menambahkan, pihaknya berharap para KKKS melakukan kajian kembali khususnya untuk rencana planned shutdown demi mencegah terjadi penurunan produksi. Ia mengakui dampak pandemi covid-19 membuat banyak perusahaan migas melakukan penundaan proyek dan rencana kerja secara global tak terkecuali di Indonesia.


Dwi menilai, penundaan rencana kerja justru berpotensi memukul kegiatan investasi migas tanah air. Untuk itu, pihaknya berharap kegiatan investasi masih tetap berjalan. Dalam catatan Kontan.co.id, SKK Migas memproyeksikan investasi sektor hulu migas tahun 2020 bakal terpangkas 16% dari target semula.

Baca Juga: Masih dalam kajian, SKK Migas: Belum tentu split Blok Masela berubah

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bilang sedianya investasi hulu migas ditargetkan mencapai US$ 13,83 miliar pada tahun ini. Kendati demikian terjadi penurunan sebesar US$ 2,74 miliar atau setara 26%. "Kemudian dalam diskusi kita dorong agar ada investasi tambahan dan diprediksi bisa menambah sekitar US$ 0,51 miliar sehingga outlook-nya adalah US$ 11,6 miliar," terang Dwi, Juli lalu.

Kendati demikian, Dwi memastikan penurunan investasi migas tanah air jauh lebih rendah dari proyeksi penurunan investasi hulu migas secara global yang diproyeksi terpangkas hingga 30%. Investasi hulu migas global awalnya diprediksi mencapai US$ 325 miliar, akibat pandemi covid-19 dan penurunan harga minyak, target ini terpangkas menjadi US$ 228 miliar.

Kendati demikian, outlook investasi hulu migas tanah air ini lebih rendah dari yang disampaikan SKK Migas pada Juni lalu yang sekitar US$ 11,8 miliar. Namun Dwi menjelaskan, bukan tidak mungkin investasi mengalami peningkatan terlebih biasanya investor akan melakukan pertimbangan-pertimbangan merujuk pada sejumlah hal seperti keekonomian, stabilitas aturan hingga iklim investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .