Demi loloskan Brexit, Perdana Menteri Inggris intervensi Ratu Elizabeth II



KONTAN.CO.ID - INGGRIS. Berbagai cara dilakukan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk meloloskan Brexit tanpa kesepatan. Salah satunya, dengan meminta Ratu Elizabeth II untuk menunda rapat kerja atau reses Parlemen Inggris mulai dari pertengahan September hingga pertengahan Oktober 2019.

Ini merupakan langkah yang dapat menghambat upaya anggota parlemen untuk menghentikan Brexit tanpa kesepakatan yang bisa memicu krisis konstitusi dan jatuhnya nilai mata uang Poundsterling.

"Ini adalah pemerintahan baru dengan agenda yang sangat mengasyikkan. Kami membutuhkan undang-undang baru, kami harus mengajukan tagihan baru dan penting. Itulah sebabnya kami akan memiliki Pidato Ratu dan kami akan melakukannya pada 14 Oktober 2019,” kata Johnson dilansir dari Bloomberg, Rabu (28/8).


Baca Juga: Komisi Uni Eropa mendesak Inggris untuk segera mengajukan proposal Brexit

Di bawah rencana itu, semua kegiatan legislatif akan ditangguhkan dari 12 September sampai pidato Ratu pada 14 Oktober 2019 yaitu ketika sesi Parlemen dimulai. Menurut Johnson, ada banyak waktu bagi anggota parlemen untuk berdebat soal Brexit.

Waktu tepat bagi parlemen melanjutkan pembicaraan Brexit yaitu beberapa hari sebelum KTT Uni Eropa yang dijadwalkan pada 17-18 Oktober 2019. Johnson mengklaim hal ini sebagai sesuatu yang normal bagi pemerintah baru untuk terus maju dengan sendiri lewat pidato Ratu.

Perdana menteri telah berjanji untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober 2019 tanpa kesepakatan jika perlu, skenario yang paling ditakuti oleh dunia bisnis dan ditentang oleh sejumlah besar anggota parlemen Inggris yang berencana menggunakan beberapa minggu ke depan di Parlemen untuk mencoba mencegahnya.

Baca Juga: Partai oposisi mencegah no-deal Brexit, poundsterling menguat

Tim Johnson melihatnya sebagai efek samping politik untuk menunda waktu bagi anggota parlemen menggagalkan Brexit tanpa kesepakatan, menurut wartawan BBC Laura Kuenssberg.

Ketidakpastian ini membuat poundsterling jatuh sebanyak 1,1% terhadap dolar, terbesar dalam sebulan, karena pedagang merasakan adanya peningkatan risiko perpecahan tanpa kesepakatan Brexit ini.

Editor: Yudho Winarto