Demi reli pasar saham dan pilpres 2020, Trump dorong kesepakatan dagang dengan China



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut terus berupaya untuk memastikan kesepakatan dagang dengan China bisa teralisasi. Salah satu efek positif yang diincar Trump adalah reli di pasar saham dengan adanya kabar baik bagi investor.

Dilansir dari Bloomberg, seorang sumber yang tak ingin dipublikasikan namanya menyebut trump khawatir leletnya kesepakatan dengan China bakal makin menekan pasar saham.

Sebaliknya, ketika pembicaraan kesepakatan perdagangan dengan China menunjukkan kemajuan, Trump disebutnya telah memperhatikan adanya tren kenaikan pasar yang mengikuti kemajuan tersebut. 


Salah satunya adalah bursa saham Amerika Serikat dan di Asia yang naik karena terdorong keputusannya untuk menunda kenaikan tarif barang-barang impor dari China yang awalnya dijadwalkan pada 1 Maret lalu. 

Menurut sumber tersebut, bila berhasil memacu bullish di pasar saham maka bisa jadi modal berharga bagi Trump untuk maju kembali dalam pemilihan presiden AS di tahun 2020 nanti. Terlebih, pertemuan dengan Kim Jong Un belum lama ini berakhir dengan kegagalan.

Antusiasme Trump terhadap perjanjian perdagangan dapat menghasilkan keputusan penting seperti menyeimbangkan tekanan dari Tiongkok, termasuk praktek bisnis yang lebih adil bagi investor asing di negara tersebut.

Sementara itu, salah satu staf senior di Gedung Putih juga mengamini perhatian Trump ke pasar saham. Ia mengaku kerap dipanggil Trump untuk ditanyai soal perkembangan pasar modal di dunia.

Sumber lain juga menyebut tim ekonomi Trump telah mendiskusikan efek dari reli pasar pada pemilihan presiden 2020. Bahkan dampaknya bisa lebih cepat dirasakan ketimbang pembukaan pasar agrikultur China seperti kedelai yang akan memakan lebih banyak waktu bagi petani AS.

Di sisi lain, mantan Menteri Keuangan China Lou Jiwei menyebut beberapa tuntutan AS dalam rancangan kesepakatan dinilai tidak masuk akal. "Namun konsesi China mungkin tidak akan terlalu besar karena banyak tuntutan dari mereka sebenarnya yang sudah kami rencanakan untuk direformasi," katanya.

Editor: Tendi Mahadi