JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengajak pemerintah dan otoritas terkait menekan dana asing di sistem finansial domestik. Pasalnya, jumlah hot money di surat berharga negara (SBN) dan pasar modal Indonesia terlalu besar dan yang tertinggi dibandingkan negara lain. Inilah penyebab nilai tukar rupiah melemah paling dalam dibandingkan mata uang negara tetangga saat dollar Amerika Serikat (AS) menguat. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, porsi asing di SBN pada 25 Maret 2015 adalah 38,4% atau sebesar Rp 499,47 triliun. Kepemilikan asing pernah mencapai angkat tertinggi, yaitu pada 30 Januari dan 25 Februari tahun ini, masing-masing 40,25% (Rp 500,83 triliun) dan 40,17% (Rp 508,34 triliun). Di pasar modal, jumlah dana asing yang berbiak di efek rupiah pada 27 Februari 2015 mencapai Rp 2.000,91 triliun atau 60,06% dari total. Jumlah itu juga meningkat 24,38% setahun terakhir.
Demi stabilitas, dana asing harus dikurangi
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengajak pemerintah dan otoritas terkait menekan dana asing di sistem finansial domestik. Pasalnya, jumlah hot money di surat berharga negara (SBN) dan pasar modal Indonesia terlalu besar dan yang tertinggi dibandingkan negara lain. Inilah penyebab nilai tukar rupiah melemah paling dalam dibandingkan mata uang negara tetangga saat dollar Amerika Serikat (AS) menguat. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, porsi asing di SBN pada 25 Maret 2015 adalah 38,4% atau sebesar Rp 499,47 triliun. Kepemilikan asing pernah mencapai angkat tertinggi, yaitu pada 30 Januari dan 25 Februari tahun ini, masing-masing 40,25% (Rp 500,83 triliun) dan 40,17% (Rp 508,34 triliun). Di pasar modal, jumlah dana asing yang berbiak di efek rupiah pada 27 Februari 2015 mencapai Rp 2.000,91 triliun atau 60,06% dari total. Jumlah itu juga meningkat 24,38% setahun terakhir.