Demo Face ID gagal, saham Apple sempat terjungkal



KONTAN.CO.ID - Nilai kapitalisasi market Apple langsung terjungkl pasca kegagalan demo yang dilakukan secara live pada peluncuran produk yang sangat ditunggu-tunggu khalayak luas, iPhone X terbaru.

Ceritanya, saat peluncuran, Executive Apple Craig Federighi berupaya keras untuk membuka kunci (unlock) iPhone X saat dia mendemonstrasikan fitur pengenalan wajah saat acara yang berlangsung Selasa (12/9).

"Untuk membuka kunci perangkat sangat muda, lihat saja ke perangkan dan geser...," katanya sambil menunggu. Tapai tak ada reaksi apa-apa.


Saat ponsel tersebut gagal di-unlock, dia kemudian berkata: "Mari kita coba lagi." Dia menunggu beberapa saat, namun, tak ada yang terjadi.

Craig yang merupakan senior vice president of Software Engineering Apple, terlihat mengusap wajahnya dan tertawa. Akhirnya, dia mencoba sekali lagi, baru kemudian berhasil.

Berdasarkan laporan Vice Newa, kegagalan teknis ini sempat menyebabkan harga saham Apple merosot tajam, di mana harga saham jatuh dari US$ 163 menjadi US$ 159.

Kendati demikian, harga saham Apple dapat dengan cepat berbalik arah. Sebab, Apple dinilai memiliki posisi kuat yang luar biasa dan dinilai masih akan menjadi perusahaan dengan nilai triliun dollar pertama di muka bumi.

Kegagalan tersebut sempat ramai dibahas di media sosial.

Di Twitter, misalnya, ada yang memposting: "Jadi pengenalan wajahnya ga bisa bekerja dengan baik" dengan disertai emoji tertawa dan menangis.

Ada pula yang menulis: "#FaceID tidak bekerja saat di atas panggung lol#iPhone X"

Face ID dikatakan lebih aman ketimbang Touch ID. Sebab, perbedaan sidik jari manusia berbanding 1:50.000, sementara pola wajah berbanding 1:1.000.000 alias lebih unik dan langka.

Spesifikasi lain iPhone X mencakup speaker stereo, anti-air dan anti-debu, pengecasan tanpa kabel, serta pengecasan cepat. Lini spesial ini mulai dibuka pemesanannya pada 27 Oktober 2017 dan beredar di beberapa negara pada 3 November 2017. Harganya mulai 999 dollar AS atau Rp 13,1 jutaan.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie