Demo memasuki minggu ke-17, bisnis wisata Hong Kong merosot 86%



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Peringatan hari nasional China yang jatuh pada Selasa (1/10) terasa berbeda. Tahun ini momen libur nasional China itu ditandai protes warga Hong Kong. Padahal Tahun-tahun sebelumnya momen ini menjadi salah satu periode tersibuk bagi industri pariwisata dan ritel Hong Kong. 

Mengutip Bloomberg pada Senin (30/9), tahun ini pesawat kosong dan kamar hotel sepi ketika protes anti-China memasuki minggu ke-17 dan membuat para turis ketakutan. Dewan Industri Pariwisata Hong Kong merilis data bisnis wisata turun 86% di Agustus 2019.

Baca Juga: Ekonomi kian tak pasti, tren merger dan akuisisi global melambat


Padahal tiket pesawat dari Shanghai ke Hong Kong telah turun 38%. Hal ini akan memberikan pukulan besar bagi industri-industri kota yang sudah merugi.

Sebagai gambaran, tahun lalu Golden Week mampu menarik 1,5 juta pengunjung berdatangan ke Hong Kong. 

Momentum Golden Week yang jatuh pada minggu pertama Oktober tidak mampu mendorong minat wisatawan China untuk berkunjung. Ketakutan ini tak terlepas dari pemberitaan bahwa stasiun kereta bawah tanah yang dirusak dan barikade menghadap para pendemo. 

Ini juga merupakan tanda yang mengkhawatirkan bagi merek produk konsumen dan pengecer mewah yang mengandalkan Hong Kong sebagai tujuan utama bagi jutaan pembeli dari China daratan. Hong Kong sendiri merupakan pasar ekspor terbesar untuk jam tangan Swiss dan basis regional untuk produk raksasa mewah seperti Kering SA and Prada SpA. 

Nilai penjualan ritel pun turun 11,4% pada bulan Juli dan kemungkinan akan terjun lebih jauh lagi pada bulan ini.

Baca Juga: China: Pemisahan hubungan China-AS bisa menciptakan kekacauan

Sam Lau, pemilik lima hostel di distrik perbelanjaan Tsim Sha Tsui yang ramai di Kowloon Selatan, telah mengerahkan dua karyawan untuk mendekati orang yang lewat. Terutama mereka yang membawa koper. 

Ia menjajakan kamar dengan harga yang bisa dinegosiasikan. "Kita harus menerima kenyataan sekarang. Aku tidak bisa melihat masa depan. Saya perlu membayar karyawan saya,” kata Lau.

Dalam beberapa tahun terakhir, Lau mengaku kamar-kamar hostelnya selalu penuh dengan pengunjung Tiongkok selama Golden Week, tetapi saat ini hanya 40% kamar yang dipesan. Bahkan Ia khawatir konsumen yang memesan mungkin tidak akan datang ke tempatnya.

"Di seluruh kota, hanya sekitar 30% kamar hotel yang dipesan seminggu sebelum dimulainya Golden Week. Pada saat kondisi normal pemesan bisa mencapai 70%," kata Yiu Si-wing, seorang anggota parlemen Hong Kong yang mewakili industri pariwisata. 

Baca Juga: Satu lagi peritel AS bangkrut: Forever 21 bakal tutup gerai di Asia dan Eropa

Editor: Tendi Mahadi