DEN: Impor gas lebih baik ketimbang impor BBM



JAKARTA. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Widjajono Partowidagdo mengatakan pemerintah lebih baik untuk menambah impor gas daripada terus-terusan impor bahan bakar minyak (BBM). Apalagi, saat ini harga minyak mentah dunia terus melambung tinggi yang mengakibatkan beban keuangan negara. "Impor BBM itu mahal sekali, apalagi sehari kita harus impor sebanyak ratusan ribu barel. Lebih baik impor gas lebih murah," ujar Widjajano, Selasa (10/5). Asal tahu saja, produksi minyak nasional saat ini sedang anjlok. Produksi minyak mentah sekitar 916.000 barel per hari (bph). Padahal kebutuhan BBM mencapai 1,3 juta bph. Dus, pemerintah mengimpor BBM sebesar 400.000-600.000 bph per hari supaya kebutuhan dapat terpenuhi. Selain impor, pemerintah juga harus menganggarkan tanggungan biaya subsidi sebesar Rp 95,9 triliun pada tahun ini. Anggaran subsidi ini supaya BBM dapat dinikmati oleh masyarakat dengan harga murah. Ditambah lagi dengan kenaikan harga minyak dunia akan berpengaruh untuk mendongkrak harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP), berdasar perhitungan setiap kenaikan US$ 1 dolar ICP akan mengakibatkan defisit keuangan negara sebesar Rp 700 miliar. Widjajono memaparkan, uang yang dihamburkan hampir berjumlah Rp 100 triliun untuk subsidi BBM tersebut akan lebih baik jika digunakan untuk membangun infrastruktur bahan bakar gas yang nantinya tidak hanya bisa dinikmati oleh sektor transportasi, tapi juga sektor energi. "Masyarakat harus mulai dibiasakan dengan gas pelan-pelan, sambil nanti subsidi BBM perlahan dapat kita cabut," tambahnya. Sementara itu, Wakil Presiden Direktur PT Shell Indonesia, Wally Saleh mengatakan gas adalah alternatif yang cukup bagus untuk menggantikan BBM. Sebab, cadangan minyak mentah makin lama makin tipis. Namun, untuk mempopulerkan bahan bakar gas ini tidak mudah. Sebab, kata dia, infrastrukturnya sulit. Meskipun nanti infrastrukturnya bisa dibuat, kata dia masih harus tergantung dengan pasokan gas. Ia melanjutkan, Shell juga berencana untuk membangun SPBG. Sayang, Wally enggan menjelaskan detail soal rencana ini. "Memang bagian dari rencana ke depan, dulu dari DKI memang meminta untuk persiapkan SPBG-nya cuma masalahnya suplai gasnya juga terbatas. Jadi itu tidak hanya di retail saja tetapi ketersediaan gasnya gimana, itu enggak bisa didapat begitu saja," kata Wally singkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.