Kabar panas itu menyeruak di kalangan pelaku pasar pertengahan bulan lalu. Kasak-kusuk yang berembus menyebut, sebagian saham PT Sentul City Tbk (BKSL) hendak dibeli oleh peritel mebel terkemuka di dunia, yakni Inter Ikea Systems BV alias IKEA. Rencana masuk IKEA ke Sentul City akan dilakukan melalui anak usahanya di bisnis properti, yakni Vastint Holding Property. Seberapa besar nilai saham yang ingin dibeli IKEA? Belum ada informasi pasti. Yang jelas, kabar itu sontak mengerek harga saham BKSL. Membuka tahun 2013, harga BKSL masih bertengger di level Rp 190 per saham. Tersulut rumor IKEA, harga sahamnya langsung mendaki hingga terbang memecahkan rekor tertinggi tahun ini di level Rp 275 per saham (16/1).
Itu berarti, tak sampai tiga pekan, kenaikan sahamnya mencapai 44,73%. Akibat volatilitas harga sahamnya naik tajam, otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta penjelasan dari manajemen Sentul City. Dalam Keterbukaan Informasi BEI 16 Januari lalu, manajemen Sentul City mengaku tidak mengetahui penyebab fluktuasi harga saham BKSL. Diakui atau tidak, isu akuisisi oleh IKEA-lah yang menjadi bahan bakar fluktuasi BKSL di bursa. Namun, Andrian Budi Utama, Wakil Direktur Utama Sentul City, menegaskan, isu akuisisi IKEA bukanlah isu “gorengan” manajemen. Jadi, benar IKEA akan mengakuisisi saham Sentul City? “Saya tidak menyangkal dan tidak mengiyakan,” jawab Andrian, mengambang. Andrian mengakui, pembicaraan mengenai kerjasama dengan IKEA memang ada. Namun, sifat pembicaraan masih sangat awal dan belum mengerucut pada kesepakatan apa pun. “Masih sangat prematur,” tegas Andrian. Boleh jadi, isu itu mengemuka seiring kedekatan Sentul City dengan PT Hero Supermarket Tbk (HERO). Kini, dua sekondan itu tengah sibuk menyiapkan ekspansi hipermarket Giant di kawasan Sentul City. “Nah saat ketemu itu, obrolan bisa menyoal ke mana-mana termasuk IKEA,” seloroh Andrian. Seperti kita tahu, Hero menggandeng IKEA masuk ke Indonesia dan berencana membuka gerai pertama tahun 2014 nanti di Alam Sutera, Tangerang. Manajemen Sentul City agaknya juga lumayan ngarep pada IKEA. “Kami terbuka dengan berbagai investasi, apalagi jika mereknya bagus seperti IKEA,” aku Andrian. Analis Ciptadana Securities Triwira Tjandra menilai, jika IKEA benar-benar masuk ke Sentul City, pengaruhnya ke pergerakan sahamnya cukup besar. Sekarang ini, jumlah saham ritel BKSL di pasar mencapai 51,65% atau sekitar 16,21 miliar saham. Besarnya jumlah saham BKSL yang beredar tersebut menyebabkan harga sahamnya cenderung tertekan. Ini sejatinya hukum pasar. Ketika suplai besar namun tidak diimbangi permintaan yang tinggi, harga akan turun. “Andai IKEA masuk, share liquidity BKSL bisa terserap,” ujarnya. Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai, pengaruh masuknya IKEA ke share liquidity BKSL hanya terasa jika akuisisi dilakukan dengan membeli saham milik publik. “Sebaliknya, jika IKEA masuk langsung ke pemegang saham besar BKSL, efek ke investor ritel tak besar,” kata dia. Harga tanah naik pesat Saat ini 34,4% saham BKSL dikuasai oleh PT Citra Kharisma Komunika, lalu 13,94% dikuasai oleh HSBC Private Bank Singapura, dan sisanya oleh Valent Yusuf. Yang pasti, akuisisi oleh perusahaan dengan core bussiness sejenis atau masih segolongan bisa membawa imbas positif bagi kinerja Sentul City ke depan. Terlebih, permintaan properti di Tahan Air tengah tumbuh tinggi. Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) mencatat, kawasan Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, masih membutuhkan sekitar 1,8 juta perumahan dalam 10 tahun mendatang. Sentul mengemuka sebagai salah satu emiten properti dengan cadangan lahan (landbank) melimpah, yakni mencapai 8.000 hektare (ha). Lahan itu terdiri atas 1.614 ha di kawasan Sentul City dan 50% kepemilikan atas lahan seluas 12.800 ha di Sentul Nirwana. Luasnya landbank memberi keleluasaan bagi perseroan ini untuk menggelar pengembangan dalam jangka panjang. Ditambah lagi, harga tanah di Sentul City yang relatif lebih murah menjadi kredit penting di mata calon pembeli. Triwira mencatat, harga tanah Sentul City berkisar Rp 3 juta–Rp 4 juta per m². Bandingkan dengan harga tanah di Serpong, Tangerang, yang mencapai kisaran Rp 10 juta per m². Sementara, potensi kenaikan harga tahan di Sentul City cukup tinggi, sekitar 30%−35% per tahun. Ekspansi perseroan ini mengembangkan distrik pusat bisnis (central business district) di atas lahan seluas 80 ha akan memperkuat pendapatan berkelanjutan (recurring income) Sentul City di masa depan. Pembangunan jalan penghubung Cipanas-Sentul oleh Pemerintah Kota Bogor pun menguntungkan Sentul City. Ini membuat aksesibilitas kawasan elite itu akan makin tinggi. Meski demikian, menurut analis Bahana Securities Natalia Sutanto, keberadaan jalan tol tol Poros Timur Tengah yang menghubungkan Sirkuit Sentul dengan kawasan Puncak itu bisa menimbulkan kemacetan di daerah tersebut.
Dari sisi kinerja keuangan, hingga September 2012, Sentul City membukukan pendapatan, laba usaha, dan laba bersih yang cukup mengesankan. Margin usaha dan laba bersih pun cukup tinggi. Sepanjang 2012, marketing sales pengembang ini mencapai Rp 739,4 miliar. Angka ini jauh melampaui target marketing sales 2012 yang sebesar Rp 600 miliar. Angka ini juga naik tinggi dibandingkan marketing sales 2011 yang cuma Rp 310 miliar. Tahun ini, Andrian menyebut, BKSL menargetkan marketing sales Rp 1 triliun. Meski kinerjanya moncer, prospek BKSL ke depan masih dibayangi beberapa risiko. Ancaman inflasi bisa menekan daya beli konsumen. Pun halnya kenaikan harga bahan bangunan dan persaingan antarpengembang yang kiat sengit. Meski begitu, Triwira tetap merekomendasikan buy BKSL dengan target harga Rp 440 per saham. Artinya ada potensi kenaikan 69% dari harga Rp 260 pada Rabu lalu (23/1). Reza juga merekomendasikan beli BKSL untuk jangka panjang Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ruisa Khoiriyah