Dengan Panas Bumi, PGE Siapkan Indonesia Jadi Raksasa Energi Hijau Dunia



KONTAN.CO.ID -  Dengan potensi sumber daya panas bumi yang luar biasa besar, kemampuan industri dalam negeri yang semakin mumpuni, dan kebijakan yang mendukung, Indonesia dapat menjadi pemain utama energi hijau dunia dengan mempercepat pengembangan panas bumi dalam agenda transisi energi nasional.

Gagasan ini disampaikan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) di REPNAS National Conference & Awarding Night 2024 di Jakarta, Senin (14/10), untuk menunjukkan komitmen kuatnya dalam mendukung transisi energi bersih, kemandirian energi, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.

Dalam paparannya di sesi Futurepreneur Talks 3: Incentives in Energy Transition to Drive 8% National Economic Growth, Direktur Utama PGE Julfi Hadi menekankan bahwa Indonesia memiliki sumber daya panas bumi terbesar kedua di dunia sekitar 24 GW, namun baru sekitar 10% dari total potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan.


Selain sumber daya yang melimpah, panas bumi memiliki karakteristik sebagai energi hijau pemikul beban (base load) yang mampu menyediakan pasokan listrik yang stabil sehingga paling sesuai untuk menggantikan energi fosil.

"Panas bumi adalah kunci transisi energi nasional untuk mencapai target nol emisi (net zero) pada 2060 karena hanya panas bumi yang mampu memainkan peran sebagai base load hijau. Bila pengembangan panas bumi bisa dipercepat, Indonesia berpotensi menjadi raksasa energi hijau dunia. PGE memiliki visi untuk memosisikan Indonesia sebagai kekuatan besar energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi panas bumi yang kami miliki," kata Julfi Hadi.

REPNAS National Conference & Awarding Night 2024 dengan tema “Mengawal Keberlanjutan: Peran Strategis Pengusaha Muda dalam Transformasi Bangsa” diselenggarakan oleh Relawan Pengusaha Muda Nasional (REPNAS) untuk memberikan penghargaan kepada perusahaan dan individu yang berkontribusi signifikan dalam transisi energi bersih di Indonesia.

Diisi sejumlah sesi diskusi panel yang membahas isu-isu strategis seputar energi terbarukan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi, acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan di sektor energi dan pemerintahan, antara lain Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang juga berperan sebagai Ketua Dewan Pembina REPNAS, Bahlil Lahadalia.

Sebagai pionir dengan pengalaman lebih dari 40 tahun dalam pengembangan energi panas bumi di Indonesia, PGE memiliki peran sentral sebagai main engine dalam mempercepat pengembangan panas bumi di Tanah Air yang dapat memberi dampak besar kepada perekonomian nasional.

Percepatan pengembangan energi panas bumi, sesuai peta jalan energi baru dan terbarukan nasional yang menargetkan kapasitas 10,5 GW pada 2035 dari kapasitas 2,6 GW saat ini, bisa menarik investasi USD17-18 miliar dengan kontribusi sampai USD22 miliar ke PDB dan menjadi daya ungkit dalam penciptaan sampai 1 juta lapangan kerja.

“Dampak penting percepatan pengembangan energi panas bumi adalah hilirisasinya dengan menarik investasi manufaktur pembangkit listrik panas bumi dan membuat Indonesia menjadi center of excellence panas bumi. Ditambah produk turunan panas bumi seperti hidrogen hijau, amonia hijau, dan silika hijau, percepatan pengembangan energi panas bumi akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja,” kata Julfi Hadi.

“Dengan skala usaha dan kapasitas yang dimiliki, PGE siap mendorong pemanfaatan sumber daya ini secara lebih masif, berkontribusi signifikan terhadap target Net Zero Emission pada 2060 dan kemandirian energi nasional.”

Dalam sesi terpisah bertajuk “Futurepreneur Talks: Opportunity in Providing Clean Energy for Industry”, Direktur Manajemen Risiko Pertamina NRE Iin Febrian menyampaikan tantangan utama dalam pengembangan energi hijau adalah komersialisasi, termasuk mendapatkan sumber pendanaan yang menarik, serta pembangunan kapasitas dan kapabilitas termasuk teknologinya mengingat ini adalah bisnis yang relatif baru.

Karena itu, diperlukan dukungan dari pemerintah dalam bentuk regulasi. “Tantangan ini akan kami hadapi bersama dengan satu kata yaitu kolaborasi. Kolaborasi inilah kunci keberhasilan kita untuk mengembangkan green energy, mendukung pertumbuhan ekonomi hingga 8% di tahun-tahun yang akan datang.” ujar Iin yang hadir mewakili PT Pertamina (Persero).

Pada malam puncak REPNAS National Conference & Awarding Night, Direktur Utama PGE Julfi Hadi menerima penghargaan Leader in Geothermal Development for Sustainable Energy sebagai pengakuan atas kepemimpinan dan kontribusi luar biasa beliau dalam sektor energi terbarukan. Penghargaan ini menegaskan posisi PGE sebagai pemimpin dalam pengembangan energi panas bumi serta sebagai motor penggerak transisi energi bersih di Indonesia. Pada momentum yang sama, penghargaan juga diberikan kepada Ketua MPR RI Ahmad Muzani dan Menteri Kemenparekraf/Baparekraf Sandiaga Salahuddin Uno.

Inovasi dan Paradigma Baru PGE: Jalan Menuju Energi Hijau yang Lebih Efektif Dalam upayanya mempercepat pengembangan energi panas bumi, PGE telah menerapkan paradigma baru pengembangan panas bumi dengan pendekatan yang lebih efisien dan inovatif. Strategi ini mencakup pengembangan skala besar di atas 50 MW, adopsi teknologi baru seperti Electrical Submersible Pumps (ESP) dan sumur multilateral, serta kolaborasi lintas sektor untuk mengurangi biaya dan risiko.

Selain listrik, PGE juga tengah mengeksplorasi potensi bisnis di luar kelistrikan (off-grid), seperti pengembangan produk sampingan dari energi panas bumi, termasuk hidrogen hijau, silika, dan kredit karbon. PGE juga berkomitmen untuk meningkatkan manufaktur lokal komponen penting pembangkit listrik panas bumi, seperti heat exchanger, sehingga dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan kapasitas domestik yang menjadi hal penting bagi Indonesia untuk memasuki rantai suplai global.

PGE turut menekankan pentingnya dukungan insentif fiskal dan non-fiskal dari pemerintah untuk menarik investasi, serta mempercepat waktu antara eksplorasi hingga operasi komersial menjadi kurang dari lima tahun. Dengan paradigma ini, PGE berupaya mendorong “boom” dalam pengembangan panas bumi dan memperkuat peran Indonesia sebagai pemimpin energi hijau.

PGE tidak hanya berinovasi melalui strategi dan paradigma baru, tetapi juga telah membuktikan implementasi konkret dari gagasan-gagasan tersebut. PGE tengah menjalankan proyek-proyek besar seperti Lumut Balai Unit 2, Lahendong Unit 7 & 8, dan Hululais Unit 1 & 2, yang merupakan bagian dari target peningkatan kapasitas terpasang menjadi 1 GW dalam 2-3 tahun ke depan​. Tentang PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) merupakan bagian dari Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, dan produksi panas bumi. Saat ini PGE mengelola 15 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan kapasitas terpasang sebesar 1.877,5 MW, terbagi 672,5 MW yang dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skema Kontrak Operasi Bersama. Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sekitar 80% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun.

Sebagai world class green energy company, PGE ingin menciptakan nilai dengan memaksimalkan pengelolaan end-to-end potensi panas bumi beserta produk turunannya serta berpartisipasi dalam agenda dekarbonasi nasional dan global untuk menunjang Indonesia net zero emission 2060. PGE memiliki kredensial ESG yang sangat baik dengan 16 penghargaan PROPER Emas sejak 2011 sampai 2023 dalam penghargaan kepatuhan lingkungan tertinggi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Peringkat & Keterlibatan ESG.

Baca Juga: PGEO Dorong Kolaborasi Percepatan Pengembangan Panas Bumi di IIGCE2024:Menuju NZE2060

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti