JAKARTA. Proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung yang dikembangkan oleh PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) sepertinya memiliki prospek investasi yang menarik. Semakin menarik, karena investasinya tidak terbatas pada modal-modal besar, tapi dengan modal pas-pasan pun sudah bisa masuk. "Dengan Rp 250 juta, sudah bisa ikut berinvestasi untuk mengembangkan kawasan Tanjung Lesung," ujar Direktur Utama Jababeka Setyono Djuandi Darmono, Rabu (15/4). Sebagai catatan, belum lama ini Jababeka melakukan proses pemasaran 100 unit butik hotel yang terdiri dari delapan hingga sepuluh kamar per unitnya. Modal untuk mendirikan satu unit butik hotel ini sekitar Rp 5,6 miliar. Sementara, jika pembangunannya sudah tuntas dan kemudian disewakan, tarifnya Rp 1,5 juta per malam. Modal dan tarif sewanya memang lumayan mahal karena ini untuk kelas menengah ke atas. Tapi, ada butik hotel yang untuk investor dan konsumen (wisatawan) menengah ke bawah, yang modal Rp 250 juta tadi. Manajemen telah menyiapkan lokasi khusus, untuk hotel jenis ini, tentunya letaknya terpisah dengan lokasi premium Tanjung Lesung. Sebenarnya, butik hotel murah ini diperuntukkan untuk para karyawan yang memang bekerja di kawasan Tanjung Lesung seperti para pekerja hotel atau lainnya. Tapi, tidak menutup kemungkinan jika ada pemodal eksternal yang ingin masuk. Dengan modal yang lebih murah yakni Rp 250 juta, maka jumlah kamar per unitnya lebih sedikit, sekitar tiga hingga empat kamar. "Ini nanti seperti homestay, tarif sewanya juga murah, hanya Rp 100.000 per malam," tambah Darmono. Dari situ bisa dilihat gambaran jangka waktu pengembalian investasinya. Satu unit butik hotel ada empat kamar dengan tarif Rp 100.000 per kamar per malam. Asumsikan okupansinya selalu mencapai 100%. Berarti, setiap hari si pemodal tadi bisa meraup pendapatan Rp 400.000 setiap hari. Dalam setahun, duit yang masuk sekitar Rp 144 juta. Jadi, dalam jangka waktu sekitar dua tahun, si investor tadi sudah bisa balik modal. Jika ingin masuk ke proyek itu tapi duitnya masih kurang dari Rp 250 juta juga masih ada cara lain. Katakanlah hanya punya modal Rp 100 juta. Nah, investor bisa pinjam ke bank Rp 150 juta. Nanti, pemasukan dari tarif sewa itu yang menjadi sumber pelunasan cicilan ke bank. Atau, ada cara lain. Kalau tidak mau ribet berurusan dengan bank, kekuarangan modal tadi bisa ditalangi oleh Jababeka. Dengan catatan, investor berhak atas satu kamar (yang bisa dijadikan tempat tinggal), dan tiga kamar lainnya diserahkan ke Jababeka untuk dikelola. "Nanti, dalam kurun waktu tertentu, tiga kamar itu akan dikembalikan ke investor jika kewajibannya (cicilan) sudah lunas," pungkas Darmono. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dengan Rp 250 juta bisa ikut proyek Tanjung Lesung
JAKARTA. Proyek Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung yang dikembangkan oleh PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) sepertinya memiliki prospek investasi yang menarik. Semakin menarik, karena investasinya tidak terbatas pada modal-modal besar, tapi dengan modal pas-pasan pun sudah bisa masuk. "Dengan Rp 250 juta, sudah bisa ikut berinvestasi untuk mengembangkan kawasan Tanjung Lesung," ujar Direktur Utama Jababeka Setyono Djuandi Darmono, Rabu (15/4). Sebagai catatan, belum lama ini Jababeka melakukan proses pemasaran 100 unit butik hotel yang terdiri dari delapan hingga sepuluh kamar per unitnya. Modal untuk mendirikan satu unit butik hotel ini sekitar Rp 5,6 miliar. Sementara, jika pembangunannya sudah tuntas dan kemudian disewakan, tarifnya Rp 1,5 juta per malam. Modal dan tarif sewanya memang lumayan mahal karena ini untuk kelas menengah ke atas. Tapi, ada butik hotel yang untuk investor dan konsumen (wisatawan) menengah ke bawah, yang modal Rp 250 juta tadi. Manajemen telah menyiapkan lokasi khusus, untuk hotel jenis ini, tentunya letaknya terpisah dengan lokasi premium Tanjung Lesung. Sebenarnya, butik hotel murah ini diperuntukkan untuk para karyawan yang memang bekerja di kawasan Tanjung Lesung seperti para pekerja hotel atau lainnya. Tapi, tidak menutup kemungkinan jika ada pemodal eksternal yang ingin masuk. Dengan modal yang lebih murah yakni Rp 250 juta, maka jumlah kamar per unitnya lebih sedikit, sekitar tiga hingga empat kamar. "Ini nanti seperti homestay, tarif sewanya juga murah, hanya Rp 100.000 per malam," tambah Darmono. Dari situ bisa dilihat gambaran jangka waktu pengembalian investasinya. Satu unit butik hotel ada empat kamar dengan tarif Rp 100.000 per kamar per malam. Asumsikan okupansinya selalu mencapai 100%. Berarti, setiap hari si pemodal tadi bisa meraup pendapatan Rp 400.000 setiap hari. Dalam setahun, duit yang masuk sekitar Rp 144 juta. Jadi, dalam jangka waktu sekitar dua tahun, si investor tadi sudah bisa balik modal. Jika ingin masuk ke proyek itu tapi duitnya masih kurang dari Rp 250 juta juga masih ada cara lain. Katakanlah hanya punya modal Rp 100 juta. Nah, investor bisa pinjam ke bank Rp 150 juta. Nanti, pemasukan dari tarif sewa itu yang menjadi sumber pelunasan cicilan ke bank. Atau, ada cara lain. Kalau tidak mau ribet berurusan dengan bank, kekuarangan modal tadi bisa ditalangi oleh Jababeka. Dengan catatan, investor berhak atas satu kamar (yang bisa dijadikan tempat tinggal), dan tiga kamar lainnya diserahkan ke Jababeka untuk dikelola. "Nanti, dalam kurun waktu tertentu, tiga kamar itu akan dikembalikan ke investor jika kewajibannya (cicilan) sudah lunas," pungkas Darmono. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News