JAKARTA. Rencana Departemen Kehutanan (Dephut) membuka kembali keran ekspor kayu bulat (log) bakal segera terwujud. Soalnya, Departemen Perdagangan dan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) sudah merestui rencana tersebut. Sebagai awalan, pemerintah bakal membuka keran ekspor log ke negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Yang menarik, dalam ekspor kali ini, Pemerintah bakal memakai cara unik. Yaitu, melalui barter alias counter trade kayu dengan kulit. Artinya, jika importir Timur Tengah atau Afrika Utara tidak memiliki duit buat membayar kayu, mereka bisa menyodorkan kulit sebagai alat penukar. "Mereka memiliki bahan kulit yang berlimpah. Kita bisa memanfaatkannya," kata Direktur Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan Hadi Daryanto, akhir pekan lalu. Belum jelas benar bagaimana mekanisme barter ini. Yang pasti, menurut Hadi, model transaksi perdagangan seperti ini termasuk dalam kerangka kerjasama bilateral antara Indonesia, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Namun, pembukaan keran ekspor log ini bukan berarti tanpa persyaratan. Sedikitnya, dua syarat sudah terpampang terkait rencana ini. Pertama, Pemerintah hanya membolehkan ekspor log kepada dua wilayah tersebut dalam tempo setahun. Izin ini bisa diperpanjang lagi jika diperlukan. "Ini untuk terobosan pasar," ujar Hadi. Kedua, pengusaha hanya boleh mengekspor log yang tidak digunakan sebagai bahan baku kayu lapis (plywood). Dephut memang punya alasan kuat membidik pasar Timur Tengah dan Afrika Utara. Sejumlah negara tujuan ekspor kayu seperti Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat tengah megap-megap terhantam krisis. Tak pelak, permintaan produk kayu dari sejumlah negara itu pun merosot tajam. Belum lagi, kondisi industri pengolahan kayu dalam negeri yang turut porak poranda.Akibatnya, banyak kayu produksi hutan tanaman industri kini menumpuk di gudang APHI. Pemerintah berharap pembukaan keran ekspor log bisa membuat harga kayu naik. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Depdag dan APHI Restui Ekspor Kayu Bulat
JAKARTA. Rencana Departemen Kehutanan (Dephut) membuka kembali keran ekspor kayu bulat (log) bakal segera terwujud. Soalnya, Departemen Perdagangan dan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) sudah merestui rencana tersebut. Sebagai awalan, pemerintah bakal membuka keran ekspor log ke negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Yang menarik, dalam ekspor kali ini, Pemerintah bakal memakai cara unik. Yaitu, melalui barter alias counter trade kayu dengan kulit. Artinya, jika importir Timur Tengah atau Afrika Utara tidak memiliki duit buat membayar kayu, mereka bisa menyodorkan kulit sebagai alat penukar. "Mereka memiliki bahan kulit yang berlimpah. Kita bisa memanfaatkannya," kata Direktur Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan Hadi Daryanto, akhir pekan lalu. Belum jelas benar bagaimana mekanisme barter ini. Yang pasti, menurut Hadi, model transaksi perdagangan seperti ini termasuk dalam kerangka kerjasama bilateral antara Indonesia, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Namun, pembukaan keran ekspor log ini bukan berarti tanpa persyaratan. Sedikitnya, dua syarat sudah terpampang terkait rencana ini. Pertama, Pemerintah hanya membolehkan ekspor log kepada dua wilayah tersebut dalam tempo setahun. Izin ini bisa diperpanjang lagi jika diperlukan. "Ini untuk terobosan pasar," ujar Hadi. Kedua, pengusaha hanya boleh mengekspor log yang tidak digunakan sebagai bahan baku kayu lapis (plywood). Dephut memang punya alasan kuat membidik pasar Timur Tengah dan Afrika Utara. Sejumlah negara tujuan ekspor kayu seperti Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat tengah megap-megap terhantam krisis. Tak pelak, permintaan produk kayu dari sejumlah negara itu pun merosot tajam. Belum lagi, kondisi industri pengolahan kayu dalam negeri yang turut porak poranda.Akibatnya, banyak kayu produksi hutan tanaman industri kini menumpuk di gudang APHI. Pemerintah berharap pembukaan keran ekspor log bisa membuat harga kayu naik. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News