JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memastikan, penentuan koridor suku bunga
deposit facility masih bisa berubah lagi dalam waktu dekat. Perubahan suku bunga ini akan disesuaikan dengan kondisi moneter, nilai tukar dan likuiditas perbankan. Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, mengatakan penentuan koridor suku bunga bersifat taktikal. Maksudnya, bila terjadi pengetatan likuiditas, BI bisa menurunkan bunga
lending facility dan bunga
deposit facility. Bila likuiditas membanjir, bunga
deposit facility akan dinaikkan sedangkan bunga
lending facility juga meningkat.
BI berniat mengendalikan agar situasi likuiditas cukup, sesuai dengan kebutuhan. "Ini juga menjaga likuiditas baik internal seperti inflasi serta menjaga keseimbangan internal di sisi nilai tukar," terang Halim, pekan lalu. Berdasarkan pemantauan BI, pada pekan kedua dan ketiga Agustus 2012, likuiditas perbankan sempat mengetat. Ketatnya likuiditas ini akibat ada dana Rp 60 triliun yang mengalir dari bank ke sistem perekonomian sebagai persiapan Lebaran. Tapi sekarang likuiditas kembali longgar, karena dana masuk kembali ke perbankan. Informasi saja, pada 13 Agustus 2012 BI menaikkan bunga
deposit facility sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%. Tahun lalu BI menurunkan bunga
deposit facility ketika BI melebarkan koridor batas bawah operasi pasar terbuka dari semula 150 bps menjadi 200 bps. Per Juli total dana perbankan yang parkir di
deposit facility Rp 67,39 triliun, turun 6,42% dibandingkan Juli 2011 sebesar Rp 72,01 triliun. Bank paling banyak memarkir dana di instrumen ini selama periode Maret 2012, sebesar Rp 197,82 triliun.
Pengamat perbankan Mohammad Doddy Arifianto, mengatakan pengendalian likuiditas memang menjadi fokus BI. Semakin banyak likuiditas di pasar akan berpotensi meningkatkan inflasi. "Likuiditas saat ini masih mencukupi bila ada pencairan kredit jumlah besar," ujarnya. Namun, saat ini Doddy yakin BI tidak akan mendorong perbankan agresif melakukan ekspansi bisnis seperti tahun-tahun sebelumnya. Sekarang perhatian BI tertuju untuk menjaga keseimbangan perekonomian agar kinerja perbankan tidak terguncang. "Saat ini BI fokus menyelesaikan defisit neraca berjalan karena tingginya impor," tambahnya. Kepala Ekonom
Bank Danamon, Anton Gunawan, mengatakan bunga
deposit facility akan menjadi andalan bank sentral mengendalikan likuiditas dan moneter. Sebab, BI masih ada ruang 175 bps agar bunga
deposit facility kembali posisi normal. "Tahun ini BI tidak akan menaikkan BI
rate jadi pilihannya mengutak-atik
deposit facility. Kalau BI
rate dinaikkan maka beban perbankan meningkat sehingga bunga kredit akan naik," ujarnya. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News