Meski imbal hasilnya terkecil dibanding reksadana jenis lainnya, reksadana pasar uang tetap menyedot investor. Dana kelolaan reksadana berbasis efek utang bertempo kurang dari satu tahun ini terus tumbuh. Merujuk data Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana pasar uang berdenominasi rupiah per November 2016 mencapai Rp 31,03 triliun. Secara
year to date (ytd), angkanya tumbuh Rp 7,3 triliun atawa 30,76% dari akhir tahun 2015 lalu. Produk reksadana pasar uang baru juga terus bermunculan. Salah satunya, reksadana pasar uang racikan PT Henan Putihrai Asset Management (HPAM).
Namanya: Reksadana HPAM Pasar Uang Dinamis. “Akan kami luncurkan awal tahun ini,” kata Markam Halim,
Managing Director Head, Sales & Marketing HPAM. Sesuai namanya, HPAM akan menempatkan dana kelolaan produk reksadana tersebut di keranjang deposito perbankan dan obligasi yang jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tapi, di awal-awal, manajer investasi yang merupakan anak usaha PT Henan Putihrai ini bakal menginvestasikan dana kelolaan lebih banyak di deposito. Komposisinya: 70% hingga 80% deposito, sisanya yang 20% sampai 30% di surat utang dengan jangka waktu kurang dari setahun. “Tapi, kalau nanti jangka waktu investor memegang reksadana ini lebih panjang, porsi obligasi bisa lebih banyak,” ujar Markam. Strateginya, HPAM bakal menempatkan dana kelolaan Reksadana HPAM Pasar Uang Dinamis di deposito berjangka waktu satu bulan. Baik deposito di bank badan usaha milik negara (BUMN) maupun swasta. Maklum, Markam mengungkapkan, aturan main Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, penempatan dana kelolaan reksadana pasar uang di deposito di satu bank maksimal 10% dari portofolio. “Jadi, mesti bagi-bagi, kan,” ucapnya. Untuk penempatan investasi di obligasi, Markam memastikan, HPAM akan menaruh dana kelolaan produk reksadana pasar uangnya pada surat utang yang diterbitkan perusahaan swasta. Tentunya, obligasi dengan rating peringkat investasi atawa
investment grade. HPAM punya alasan: obligasi swasta menawarkan yield yang lebih tinggi. Lalu, “Karena jangka waktunya juga kurang dari satu tahun, jadi relatif risikonya juga lebih kecil,” katanya. Nah, lantaran di awal-awal penempatan dana kelolaan lebih banyak di deposito, Markam berani mematok target imbal hasil Reksadana HPAM Pasar Uang Dinamis sebesar 5%–6% per tahun. Lumayan, kan. Tertarik? Kalau iya, Anda mesti menyiapkan investasi awal Rp 100 juta. Tapi, tidak ada biaya pembelian ataupun penjualan kembali alias 0%. Lalu, biaya manajer investasi sebesar 1,25% dan bank kustodian 0,15%. Yang jadi bank kustodian Reksadana HPAM Pasar Uang Dinamis: Bank Mega. Produk reksadana pasar uang besutan HPAM ini mengincar investor konservatif dengan tujuan keuangan jangka pendek. “Biasanya kalau di reksadana pasar uang, yang
cashflow-nya lebih cepat, enggak terlalu mau fluktuasi. Produk ini, kan, lebih stabil,” ungkap Markam. Imbal hasil naik Menurut Beben Feri Wibowo,
Senior Research Analyst Pasar Dana, dana kelolaan reksadana pasar uang per November lalu sejatinya turun ketimbang bulan sebelumnya, Oktober. Namun, angka penurunannya enggak terlalu signifikan. Penyebab dana kelolaan reksadana pasar uang turun adalah, menjelang akhir tahun investor cenderung ingin mengalihkan investasinya ke bentuk tunai. Di ujung tahun, mereka membutuhkan dana likuid untuk membayar tunjangan hari raya (THR) Natal dan liburan. “Reksadana pasar uang memang biasa untuk liburan, jadi investor menempatkan dananya untuk jangka pendek,” kata Beben. Tahun depan, Beben memproyeksikan, pertumbuhan dana kelolaan reksadana pasar uang bisa mencapai 30%–40%. Tambah lagi, suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Fed berpotensi naik lagi. Ini memicu investor mengambil reksadana pasar uang yang risikonya lebih rendah. Investor kita juga cenderung mengambil reksadana yang memiliki risiko rendah. Ini juga akan memicu dana kelolaan reksadana pasar uang melambung di 2017. “Reksadana ini merupakan alternatif bagi investor yang menginginkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito dengan resiko yang rendah, dan sangat cocok dimanfaatkan untuk jangka pendek,” ujar Beben. Tahun ini, Beben memprediksikan, rata-rata imbal hasil reksadana pasar uang berkisar 4%. Tapi tahun depan, dengan kenaikan suku bunga, akan ada koreksi ke atas. Apalagi, kalau rupiah tidak terkendali dan inflasi terus tumbuh. “Pergerakan
return-nya, sih, tidak akan jauh berbeda. Namun, ada potensi kemungkinan lebih tinggi dari tahun ini,” beber dia.
Untuk Reksadana HPAM Pasar Uang Dinamis yang meminta investasi awal Rp 100 juta, Beben menilai, masing-masing produk memang memiliki karakteristik yang berbeda. Tapi, kalau ingin mendapat imbal hasil yang besar di reksadana pasar uang, memang dengan melakukan pembelian yang besar. Mirip dengan deposito, kalau menabung besar, tentu dengan persentase bunga 4%–5% hasilnya akan lebih terasa. Jadi, makin nendang kalau nilai investasinya jumbo. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan