Deposito masih diminati walau bunganya turun, ini alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejalan dengan menurunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), laju tingkat bunga deposito atau simpanan pun ikut mengalami penurunan. Misalnya saja di awal Desember 2020 bila merujuk data Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) BI bunga deposito sekarang paling tinggi di bank hanya sebesar 5,13% turun dari sebelumnya 5,63%. 

Meski begitu bukan berarti deposito tidak diminati, beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id tetap menyebut penempatan dana atau investasi nasabahnya terhadap deposito masih tetap ada. Walau, Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk Daniel Budirahayu bilang, lajunya praktis tidak sederas beberapa bulan sebelumnya. 

Menurut kacamatanya, deposito untuk peluang investasi di kala industri yang masih belum teratasi tentu masih jadi pilihan. Wajar, dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, nasabah ataupun investor akan menjadi sangat selektif dan berhati-hati. "Diharapkan setelah vaksin dilakukan di banyak negara, ekonomi akan berangsur pulih di semester II tahun 2021," katanya, Rabu (9/12). 


Baca Juga: Ini strategi BRI Life tingkatkan premi unitlink di tahun depan

Nah sedangkan untuk penurunan bunga deposito yang terjadi sampai sekarang, nasabah atau investor juga sudah bergeser ke alternatif instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan seperti di surat utang negara (SUN) atau produk mutual funds. "Tapi di Bank Ina sendiri, DPK masih mengalami kenaikan di bulan November, dan trennya terus meningkat," sambungnya. 

Senada, Wealth Management Head PT Bank OCBC NISP Tbk Juky Mariska sebelumnya pernah bilang kalau tren DPK akan terus naik. Kendati tingkat suku bunga terus menurun. OCBC NISP misalnya sejauh ini masih membukukan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 16% year on year (yoy).

Kenaikan positif ini menurutnya merupakan hasil dari berbagai inisiatif yang dihadirkan oleh perbankan, seperti kemudahan transaksi melalui mobile dan internet banking. "Selain itu, kenaikan ini juga didorong oleh perilaku nasabah yang masih menggunakan dana hanya untuk kebutuhan prioritas meningkat kondisi pasar masih kurang kondusif," jelasnya. 

Di lain pihak, Executive Director Wealth Management PT Bank DBS Indonesia Keng Swee Koh menilai, ke depan pasar investasi akan lebih diminati masyarakat. Ada beberapa poin pemicunya, pertama tingkat bunga yang rendah, pertumbuhan industri yang berangsur pulih dan Dollar AS diprediksi tetap lemah. Hal ini akan membuat obligasi pemerintah di Indonesia akan semakin diminati dengan yield yang jauh di atas deposito, yakni kisaran 6%-7%. 

Baca Juga: DPK di bank BUKU IV menciut, ada apa?

Sebagai informasi saja, per Oktober 2020 tercatat total DPK perbankan tumbuh 11,6% year on year (yoy) menjadi Rp 6.366,5 triliun. Bila dirinci, dana deposito tumbuh paling rendah yakni hanya 8,1% yoy menjadi Rp 2.758,6 triliun. Jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan pada giro dan tabungan. 

Selanjutnya: Pemerintah meraup dana lebih dari Rp 748 triliun dari lelang SUN & SBSN tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi