JAKARTA. Sekalipun bank sudah ramai-ramai memangkas suku bunga deposito, bunga kredit tetap bakal bertahan hingga tutup tahun. Tambah lagi, permintaan kredit menurun dan kondisi likuiditas terus melonggar. Toh, pebankan masih enggan memangkas bunga kredit. Mengacu data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Bank Indonesia (BI), bank terakhir kali memangkas bunga kredit pada kuartal pertama tahun ini. Kala itu, sebagian besar bank memangkas bunga pinjaman sekitar 25 basis poin (bps) di seluruh segmen kredit. Dengan penurunan itu, perbankan berharap kredit bisa tumbuh positif. Tapi, kebijakan itu tidak ampuh. Kenyataannya, perlambatan pertumbuhan kredit masih terjadi. Di sisi lain, bunga kredit bank tetap tinggi. Contohnya, bunga kredit mikro dan kredit ritel. Per Juli 2015, bunga dua segmen kredit ini di sebagian besar bank masih dobel digit. Bahkan, ada bunga kredit mikro yang masih di kisaran 20% (lihat tabel).
Tunggu BI Menurut Herwidayatmo, Direktur Utama Bank Panin, banknya menunggu kondisi ekonomi membaik dalam menentukan arah bunga kredit. "Saat ini belum tahu bunga akan turun atau tidak. Yang jelas, kami sudah menurunkan bunga simpanan," katanya ke KONTAN akhir pekan. Meski begitu, Herwidayatmo tak khawatir permintaan kredit terus menurun. Begitu juga dengan potensi peningkatan kredit bermasalah (NPL). Sedang Budi Satria, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI), menegaskan, bunga kredit banknya tak bakal turun selama bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate tak melandai. "Kalau BI rate turun, tentu akan berpengaruh ke semua jenis kredit," ujarnya. Namun, penurunan BI rate tak serta merta menurunkan bunga kredit BRI. Alasannya, BRI perlu menghitung ulang biaya dana.