Depresiasi rupiah tak pengaruhi harga beli karet



JAKARTA. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika hingga saat ini belum berdampak bagi petani karet rakyat. Sejak akhir tahun 2013 lalu hingga sekarang harga karet rakyat hanya dihargai Rp 7.000 per kilogram (kg)-Rp 8.000 per kg. Lukman Zakaria, Ketua Umum Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) mengatakan, rendahnya harga beli karet tersebut membuat para petani meningkatkan intensitas waktu sadapnya. "Harga turun, tidak bisa petani disuruh berhenti menyadap. Mereka akan mengejar kuantitas," ujar Lukman, akhir pekan lalu. Bila pada saat normal para petani melakukan penyadapan seminggu tiga kali, kini ketika harga anjlok para petani dapat menyadap pohon karet hingga lima kali seminggu. Hal tersebut dilakukan lantaran untuk meningkatkan pendapatan. Menurut Lukman, harga beli karet kali ini merupakan yang terendah dalam dua tahun terakhir. Sekedar membandingkan, tahun 2012-2013 harga beli rata-rata karet dari petani kepada pengepul berada dikisaran diatas Rp 10.000 per kg. Bagi petani karet, idealnya harga jual karet berada dikisaran Rp 15.000 per kg. Atau, harga jual 1 kg karet dapat membeli 2 kg beras. "Ini mengakibatkan tidak adanya keseimbangan harga," ujar Lukman. Pada awal tahun seperti ini, produksi karet memang lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya. Didaerah sentra karet seperti Jambi sendiri saat ini cuacanya normal dan kondusif untuk melakukan penyadapan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan