Depresiasi rupiah tidak mengganggu rencana bisnis dan proyek BUMN karya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana bisnis dan pekerjaan proyek sejumlah perusahaan konstruksi pelat merah tidak akan terganggu dengan kondisi pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, rencana bisnis para BUMN Karya tersebut masih akan berjalan sesuai rencana.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) misalnya mengganggarkan belanja modal (capex) Rp 15,85 triliun tahun ini. Dana tersebut akan dipakai untuk mengembangkan bisnis properti, energi, dan infrastruktur. Sementara untuk kontrak baru, perseroan menargetkan Rp 58,11 triliun. Dimana hingga Agustus 2018 telah tercapai sebesar Rp 23,45 triliun.

Tumiyana, Direktur Utama WIKA Rencana ekspansi bisnis yang sudah mereka canangkan tidak akan terganggu karena depresiasi rupiah. Pasalnya, kebutuhan dollar masih bisa terpenuhi karena perusahaan juga memiliki sumber pendapatan dalam mata uang asing.


"Wika tidak terganggu dengan terdepresiasinya rupiah karena kami punya income US$ (dollar AS) dan kebutuhan US$ bisa terpenuhi. Dengan natural hedging WIKA sampai akhir tahun masih positif US$ 7 juta sampai akhir tahun 2018," kata Tumiyana kepada Kontan.co.id, Kamis (6/9).

WIKA menargetkan bisa membukukan pendapatan dalam dollar AS sebesra US$ 98 juta sepanjang tahun ini. Sementara pengeluaran dalam mata uang asing tersebut hanya US$ 91 juta sehingga perusahaan masih akan mencatatkan surplus US$ 7 juta.

Senada, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga melihat bahwa depresiasi rupiah tidak akan mengganggu kondisi kas perusahaan. Direktur Keuangan ADHI, Entus Asnawi mengatakan, kebutuhan valuta asing perseroan sudah tercukupi dengan dengan saldo yang dimiliki saat ini dengan natural hedging.

Terkait material proyek, pekerjaan proyek ADHI juga tidak akan terganggu karena perusahaan sudah melakukan kontrak payung terhadap beberapa supplaier untuk proyek jangka pendek.

"Dalam jangka panjang, harga materia pasti naik karena depresiasi rupiah. Tetapi untuk kontrak-kontrak pendek sudah dipassthroug ke supplier. Untuk yang jangka panjang pada umum sudah ada klausul eskalasi," jelas Entus.

Sama seperti Adhi, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) juga selalu menerapkan kontrak payung terhadap beberapa materal utama untuk kebutuhan proyek yang mereka garap sehingga depresiasi rupiah tidak akan mengganggu pekerjaan proyek-proyek terutama infrastruktur yang digarap perseroan.

Begitu juga dari sisi keuangan, pelemahan rupiah tidak berdampak pada Waskita karena perusahaan tidak memiliki utang dalam mata uang asing.

"Jadi, pelemahan rupiah ini tidak terlalu signifikan dampaknya pada kami. Dengan adanya kontrak payunguntuk material, pekerjaan proyek-proyek yang kami garap masih akan sesuai target," kata Harris Gunawan, Direktur Keuangan Waskita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .