Deretan emiten bank ini akan gelar rights issue, menarikkah dieksekusi?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setidaknya ada tiga emiten bank kecil akan menggelar aksi korporasi berupa penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Ketiga bank tersebut adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR),  dan PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA).

Mengutip keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, ketiga bank ini akan menggunakan dana segar hasil aksi korporasi tersebut guna melancarkan ekspansi hingga memenuhi modal minimum bank umum.

DNAR misalnya, akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,68 miliar saham baru atas nama dengan nilai nominal Rp 100 dan dengan harga pelaksanaan Rp 186. Sehingga, dana yang terkumpul seluruhnya dari penawaran umum terbatas (PUT) II seluruhnya berjumlah sebesar Rp499,67 miliar yang akan digunakan untuk pengembangan usaha, yaitu disalurkan dalam bentuk pemberian kredit.


Baca Juga: Private placement rampung, CAR Bank Bukopin bakal menjadi 16%-17%

Dalam aksi korporasi tersebut  APRO Financial Co. Ltd akan bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer) yang akan membeli seluruh sisa saham yang ditawarkan dengan harga pelaksanaan Rp 186 per saham.

ARTO akan melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 3 miliar saham dengan nominal Rp 100. Aksi korporasi tersebut dilakukan ARTO untuk memenuhi aturan modal inti minimum bank umum yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar Rp 3 triliun pada tahun 2022.

Dana rights issue itu akan digunakan untuk ekspansi usaha serta berinvestasi di infrastruktur teknologi informasi dan sumber daya manusia (SDM).

Sementara BACA akan melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 20 miliar saham baru, atau setara 73% dari modal disetor setelah terlaksananya penawaran umum terbatas (PUT) IV, dengan nilai nominal Rp 100. Dana yang dihasilkan dari hajatan ini akan digunakan BACA untuk memperkuat struktur permodalan. 

Dari sisi emiten, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama mengatakan, aksi rights issue merupakan opsi terbaik untuk menambah modal saat ini karena dapat menekan biaya khususnya permodalan, di tengah tertekannya iklim bisnis yang terjadi pada semester pertama.

Hanya saja, saat ini Okie menilai aksi right issue yang digelar bank-bank ini kurang menarik bagi investor. “Saat ini tentu investor mencari gain, sedangkan apabila emiten hanya memberikan saham saja tanpa warrant sepertinya kurang menarik untuk saat ini,” terang Okie kepada Kontan.co.id, Kamis (3/9).

Baca Juga: Bidik Dana Rp 1,8 Triliun, MEDC Rights Issue di Rp 250, Efek Dilusinya Hingga 29,50%

Terlebih untuk investor jangka panjang dan menengah, potensi dari recovery (pemulihan) kinerja membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga untuk jangka pendek tentu kinerja emiten belum dapat maksimal.

Namun, menurut Okie, right issue yang menarik biasanya sudah tersedia standby buyer. Apabila aksi korporasi ini  tidak disertai dengan standby buyer, dapat dipastikan investor tidak terlalu tertarik karena penyerapan yang kurang maksimal. Nah, dari sinilah investor perlu melihat tujuan dari standby buyer tersebut.

Jika memang tujuannya adalah untuk keberlangsungan usaha dalam jangka panjang, tentu dengan komitmen yang kuat dapat meyakinkan investor untuk mengeksekusi haknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto