KONTAN.CO.ID - Jakarta. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) segera memulai transaksi saham edisi hari Jumat 8 April 2022. Simak prediksi analis terkait saham-saham yang berpotensi mengalami lonjakan harga saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang bergerak meningkat. Hingga 7 April 2022 IHSG masih bergerak naik. IHSG ditutup pada level 7.127,367 pada perdagangan Kamis 7 April 2022, naik 8,29% sejak awal tahun atau secara
year-to-date (ytd). IHSG juga beberapa kali memecahkan rekor tertingginya sepanjang masa alias
all time high. Rekor tertinggi IHSG terbaru terjadi pada perdagangan Rabu 6 April 2022 pukul 09.30 WIB, yakni di level 7.139,10. Saat IHSG sedang menanjak adalah momentum bagi pelaku pasar untuk mencari saham
multibagger atau saham yang berpotensi naik berkali lipat.
Asal tahu, sejumlah saham mengalami lonjakan harga sejak awal tahun. Posisi pertama ditempati oleh saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang menguat hingga 2.320%. Posisi kedua ada saham PT Golden Eagle Plantation Tbk (SMMT) yang naik 432,18%, disusul PT Bintang Samudera Mandiri Tbk (BSML) yang naik 405,15%, dan PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) yang naik hingga 358,06% secara ytd. Apakah saham-saham ADMR, SMMT, BSML dan BCAP masih berpotensi mengalami kenaikan harga tinggi? Analis Henan Putihrai Sekuritas Mayang Anggita menyarankan investor untuk buy on Weakness saham ADMR di sekitar MA10 di angka Rp 2.230. Target berada pada Fibonacci External Projection 1.618 di level Rp 2.680. Untuk saham SMMT disarankan hold. Sebab, perlu waspada terdeteksinya signal RSI Negative Divergence yang biasanya mengindikasikan trend reversal. Sebaiknya set your trailing stop dan amankan profit jika SMMT melemah di bawah Rp 1.030. Saham BSML ditutup dengan pola candle shooting star diiringi RSI negative divergence. Sebaiknya melakukan sell on strength dan amankan profit. Buyback bisa dilakukan di sekitar MA10 di level Rp 820.
Baca Juga: Prediksi IHSG Jumat (8/4) Bergerak Terbatas, Ini Pilihan Saham Analis untuk Dicermati Untuk saham BCAP, Mayang merekomendasikan buy on break di atas MA10 di Rp 284, sehingga berpotensi melanjutkan perjalanan ke utara menuju resistance previous high Rp 352. Stoploss jika saham BCAP melemah di bawah Rp 272. Posisi saham PT Hotel Sahid Jaya Tbk (SHID) yang naik 216% secara ytd juga masih terbilang aman, dengan catatan mampu bergerak di atas MA20 di angka Rp 2.464. Hold saham SHID, dengan target berada pada Upper Triangle di sekitar Rp 2.720, disusul Resistance previous High di level Rp 2.850. Sementara untuk saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), pelaku pasar perlu waspada terdeteksinya signal RSI Negative Divergence yang biasanya mengindikasikan trend reversal. Sebaiknya set trailing stop dan amankan profit jika BRMS melemah di bawah Rp 232. Buyback bisa dilakukan di sekitar MA10 & MA20 di range Rp 210- Rp 200. Potensi saham yang naik harga Salah satu cara mengidentifikasi potensi saham yang akan mencetak kenaikan harga tinggi adalah dari sisi akumulasi. Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, semakin besar akumulasi maka semakin besar potensi saham tersebut untuk menjadi
bagger. Tentunya setelah proses akumulasi selesai, saham akan mengalami yang namanya
markup, yang mana sama dengan kondisi saham ketika sudah
uptrend. Kata William, salah satu kondisi
uptrend yang terbaik secara teknikal adalah
candlestick yang solid menguat di atas indikator MA5 dan MA20, dengan volume harian yang meningkat. “Perlu dipahami bahwa saham-saham
multibagger tidak selalu saham yang naik dengan alasan, namun kalau ciri-ciri yang saya sebutkan tadi terpenuhi, maka potensi untuk mencapai
bagger bisa tercapai,” terang William kepada Kontan.co.id, Kamis (7/4). Menurut William, sektor yang bisa diperhatikan saat ini adalah dari sektor infrastruktur. Selain itu, indeks IDX noncyclical bisa menjadi pilihan juga. William menilai indeks ini memiliki saham-saham yang menarik dan berpotensi
bagger. Sementara itu, saham komoditas sudah banyak yang
bagger sejak tahun lalu. “Justru sekarang lebih riskan kalau baru masuk,” sambung William. Senada, Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti menilai, secara jangka pendek hingga menengah saham-saham tambang berpeluang masih akan naik, meskipun memang tidak akan sebesar sebelumnya. Sebab, secara fundamental, Desy melihat pergerakan harga komoditas akan beriringan dengan seberapa lama konflik Rusia dan Ukraina berlangsung, yang menjadi sentimen penggerak pasar. Berkaca dari tahun lalu saat krisis energi melanda sejumlah negara, harga komoditas melonjak dan berangsur turun ketika ada intervensi pemerintah China untuk mendorong produksi. Meskipun turun, harga masih terbilang menarik karena berada di atas rata-rata tahunan sebab masih didukung dengan sentimen musim dingin yang berlangsung. Namun, saat ini ceritanya agak berbeda. “Ketika konflik berakhir juga menandakan berakhirnya harga komoditas. Apalagi
outlook inflasi global yang cenderung naik imbas konflik tersebut tidak akan terus dipertahankan menguat sebab menyengsarakan banyak negara pengimpor komoditas,” terang Desy. Selain saham tambang, Desy juga melihat saham perbankan yang berjalan sesuai dengan pergerakan ekonomi, akan terdorong oleh momentum pemulihan ekonomi yang saat ini tengah melaju.
Perbankan dinilai menjadi pintu awal ketika ekonomi membaik, dimana penyaluran kredit tumbuh dan perputaran aktivitas bisnis dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya, saham yang berwawasan lingkungan, sosial dan tata kelola yang baik dinilai prospektif secara jangka panjang sejalan dengan program pemerintah yakni
net zero emission. Berikut saham pilihan Dessy yang berpotensi mencatatkan kenaikan harga secara pesat:
- Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan target harga Rp 30.870
- Saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga Rp 3.994
- Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 9.140
- Saham PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) dengan target harga Rp 1.314
- Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga Rp 9.131.
Itulah prediksi saham yang berpotensi mengalami kenaikan harga ketika IHSG dalam tren naik. Ingat, disclaimer on, rekomendasi ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Risiko investasi terkait rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto