BALI. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparenkraf) dan Kabupaten Bangli menggarap sebuah desa wisata sebagai alternatif wisata di Pulau Dewata. Desa wisata tersebut bernama Desa Wisata Penglipuran yang berlokasi di Kabupaten Bangli, Bali."Saya membanggakan 1.003 warga Penglipuran yang telah berkomitmen untuk mengembangkan desanya, yang sebenarnya bukan untuk tujuan pariwisata, melainkan untuk kelestarian budaya adat istiadat," kata Firmansyah Rahim, Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam peresmian Desa Wisata Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali, Sabtu (15/12).Sejak tahun 1993, Panglipuran sebenarnya sudah mulai berkembang menjadi desa wisata. Kala itu, pembaharuan yang dilakukan para pendahulu terhadap desa seluas 112 hektare tersebut menjadi daya tarik bagi para wisatawan."Rata-rata per hari wisatawan yang berkunjung ke desa ini pada tahun 2012 berjumlah 100 orang, di mana 70%-nya adalah wisatawan asing," terang I Wayan Supat, Pimpinan Desa Adat Penglipuran. Panglipuran berkonsep desa wisata yang berbasiskan masyarakat. Karena itu, ia menawarkan atraksi-atraksi budaya masyarakat setempat, pemandangan alam, serta arsitektur bangunan rumah yang menarik. Selain itu, kerajinan-kerajinan Penglipuran yang terbuat dari bambu seperti tempat sesajen ataupun keranjang menjadi cinderamata menarik khas Desa Wisata ini. Desa Penglipuran memiliki konsep tata ruang tri (tiga) mandala. Pertama, bagian utama mandala yang berupa ruang suci sebagai tempat pemujaan terhadap Tuhan. Kedua, madya mandala yang merupakan ruang pemukiman warga desa adat seluas kurang lebih sembilan hektar. Ketiga, nista mandala yaitu tempat pemakaman warga desa Penglipuran.Desa dengan 234 keluarga ini telah menyiapkan kurang lebih sepuluh rumah yang nantinya akan disewakan kepada para wisatawan. Harga sewa per malam untuk rumah-rumah tersebut sekitar Rp 500.000.
Desa Panglipuran, alternatif destinasi wisata Bali
BALI. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparenkraf) dan Kabupaten Bangli menggarap sebuah desa wisata sebagai alternatif wisata di Pulau Dewata. Desa wisata tersebut bernama Desa Wisata Penglipuran yang berlokasi di Kabupaten Bangli, Bali."Saya membanggakan 1.003 warga Penglipuran yang telah berkomitmen untuk mengembangkan desanya, yang sebenarnya bukan untuk tujuan pariwisata, melainkan untuk kelestarian budaya adat istiadat," kata Firmansyah Rahim, Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dalam peresmian Desa Wisata Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali, Sabtu (15/12).Sejak tahun 1993, Panglipuran sebenarnya sudah mulai berkembang menjadi desa wisata. Kala itu, pembaharuan yang dilakukan para pendahulu terhadap desa seluas 112 hektare tersebut menjadi daya tarik bagi para wisatawan."Rata-rata per hari wisatawan yang berkunjung ke desa ini pada tahun 2012 berjumlah 100 orang, di mana 70%-nya adalah wisatawan asing," terang I Wayan Supat, Pimpinan Desa Adat Penglipuran. Panglipuran berkonsep desa wisata yang berbasiskan masyarakat. Karena itu, ia menawarkan atraksi-atraksi budaya masyarakat setempat, pemandangan alam, serta arsitektur bangunan rumah yang menarik. Selain itu, kerajinan-kerajinan Penglipuran yang terbuat dari bambu seperti tempat sesajen ataupun keranjang menjadi cinderamata menarik khas Desa Wisata ini. Desa Penglipuran memiliki konsep tata ruang tri (tiga) mandala. Pertama, bagian utama mandala yang berupa ruang suci sebagai tempat pemujaan terhadap Tuhan. Kedua, madya mandala yang merupakan ruang pemukiman warga desa adat seluas kurang lebih sembilan hektar. Ketiga, nista mandala yaitu tempat pemakaman warga desa Penglipuran.Desa dengan 234 keluarga ini telah menyiapkan kurang lebih sepuluh rumah yang nantinya akan disewakan kepada para wisatawan. Harga sewa per malam untuk rumah-rumah tersebut sekitar Rp 500.000.