KONTAN.CO.ID - BERLIN/WALES/ALABAMA. Ribuan detektif amatir berbagi temuan mereka tentang kejahatan perang dan pergerakan pasukan pasca invasi Rusia ke Ukraina. Mereka berharap, apa yang mereka lakukan, suatu hari nanti bisa digunakan di pengadilan. Sebut saja Justin Peden tinggal di Birmingham, Alabama, Amerika Serikat. Invasi Rusia ke Ukraina telah mengguncang hidupnya. Dan sekarang. Pria berusia 20 tahun itu merupakan salah satu detektif Twitter yang paling menonjol. Peden belum pernah ke Eropa Timur. Tapi tidak menyurutkan minatnya mengetahui seluk-beluk informasi kawasan tersebut. Sejak berusia 13 tahun, ketika Rusia mencaplok semenanjung Krimea pada 2014, dia tertarik mendalami konflik Ukraina.
Dia menghabiskan sebagian besar waktu luangnya "terbang menggunakan Twitter" di atas wilayah yang disengketakan di Ukraina timur tersebut. Peden, yang menggunakan "Intel Crab" di Twitter, menjelajahi internet untuk mencari citra satelit, lintasan penerbangan, dan video TikTok. Dia kemudian berbagi temuan tersebut dengan 255.000 pengikutnya, memposting analisis pergerakan pasukan atau koordinat yang tepat dari serangan rudal Rusia. Selain Peden, ada Kyle Glen. Pada siang hari, pria asal Wales itu bekerja di bidang penelitian medis. Di malam hari, ia menjadi detektif Twitter dengan melakukan OSINT atau Open Source Intelligence, praktik mengumpulkan informasi dari sumber yang dipublikasikan atau tersedia untuk umum. Bagian inti dari pekerjaan detektif amatir ini adalah geolokasi. Setiap kali mendapatkan video atau gambar konflik, mereka yang menggemari OSINT akan menyisir bahan tersebut untuk menentukan lokasi yang tepat dari kejadian yang ditampilkan. Hal ini memungkinkan mereka untuk memverifikasi keakuratan materi atau untuk menyanggah laporan palsu. Kembali pada tahun 2014, jaringan OSINT, Bellingcat, hanya menggunakan sumber yang dapat diakses secara bebas seperti gambar satelit dan ponsel untuk membuktikan bahwa pesawat penumpang MH17 ditembak jatuh oleh unit anti-pesawat Rusia.