Detik-detik menjelang IHSG level 6.000



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi beli investor domestik memanaskan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada perdagangan Selasa (24/10), IHSG berhasil menyentuh rekor tertingginya di level 5.952,07. IHSG juga sempat menembus level 5.974,20 kemarin.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital, menilai, dengan kondisi makroekonomi yang masih positif, bukan tak mungkin IHSG akan mengukir rekor baru di pekan ini. "Bahkan ada potensi level 6.000 terealisasi dalam pekan ini," kata Alfred pada KONTAN, kemarin.

Ia menyebut, beberapa katalis positif yang dapat mendorong naik IHSG. Di antaranya, tingkat inflasi yang diprediksi masih di bawah 4% serta optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,4% tahun ini.


Rilis laporan keuangan sejumlah emiten di kuartal III-2017 juga menunjukkan performa positif. Pada paruh pertama tahun ini saja, dengan pertumbuhan ekonomi 5%, emiten-emiten yang terdaftar di BEI bisa mencetak kenaikan kinerja keuangan 18%.

Menurut Alfred, sektor konstruksi berpotensi menjadi motor IHSG di sisa tahun ini. Pasalnya, price to earning ratio (PER) sektor ini sudah di bawah 10 kali. Sehingga, potensi kenaikan sahamnya cukup besar. Hingga akhir tahun nanti, Alfred memprediksi IHSG masih bisa bertengger di level 6.000-6.200.

Saham pilihan asing

Pada perdagangan kemarin, IHSG masih diwarnai net sell investor asing Rp 76,16 miliar. Namun, angka ini terbilang mengecil ketimbang net sell yang dibukukan investor asing beberapa pekan sebelumnya.

Pada Jumat pekan lalu (20/10), investor asing justru mulai melakukan aksi beli dengan mencatat total net buy sebesar Rp 626,34 miliar. Net buy tersebut berlanjut pada perdagangan Senin (23/10), dengan nilai Rp 374,94 miliar.

Beberapa saham yang banyak dibeli investor asing diantaranya, BUMI, DMAS, PGAS, WSBP, WTON.WIKA, BBRI dan HMSP. Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia, mengatakan, net buy investor asing berhubungan dengan pernyataan pemerintah yang optimistis adanya kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard & Poor's. "Investor asing kembali mengoleksi saham-saham LQ-45 dengan selektif, terutama pada saham-saham yang telah terkoreksi dalam," ujar Bertoni.

Saham-saham seperti BUMI, BBRI, PGAS, WTON dan WIKA dinilai masih cukup menarik. Apalagi, sembari menanti laporan keuangan kuartal III-2017, banyak yang mulai trading saham-saham ini dalam jangka pendek.

Selain diburu karena telah jatuh cukup dalam, saham-saham ini juga memiliki likuiditas yang besar. "Laporan keuangan mereka juga diestimasi lebih baik dari sebelumnya," tambah Bertoni.

Dia memperkirakan, masih ada ruang pertumbuhan pada saham BUMI sampai dengan Rp 300, BBRI hingga Rp 15.900, PGAS sampai Rp 2.000, WTON sampai dengan Rp 690 dan WIKA sampai dengan Rp 2.180.

Raphon Prima, Analis NH Korindo Sekuritas, mengungkapkan, sebaiknya saat ini investor tetap menunggu rilis kinerja kuartal III-2017. "Karena pembelian asing baru dua hari, masih ada risiko apabila kinerja kuartal III-2017 perusahaan tersebut mengecewakan," ujar dia.

Di sisi lain, beberapa saham tercatat masih banyak yang menjadi sasaran aksi jual investor asing. Misalnya, saham TLKM yang masih banyak dilepas oleh pemodal asing sejak pekan lalu. Selama sepekan, nilai net sell asing di saham TLKM sudah mencapai Rp 1,49 triliun.

Raphon menilai, investor asing juga tengah melakukan rebalancing portofolio. Ini karena nilai tukar rupiah sedang melemah. "Ini membuat investor asing merealisasikan keuntungan terlebih dahulu," ujar dia.

Menurut Alfred, banyaknya aksi jual sepanjang tahun ini disebabkan dua hal. Pertama, investor domestik kini mendominasi. Kedua, ada perpindahan kepemilikan dari asing ke domestik lantaran tax amnesty.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati