Deutsche Bank Mengerek Target Harga Saham GOTO, Ini Alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) diperkirakan akan semakin membaik. Kinerja yang positif di kuartal III menjadi pendorongnya.

Research Analyst Deutsche Bank Peter Milliken memaparkan bahwa kinerja kuartal III GOTO menghasilkan EBITDA yang disesuaikan, dengan pro-forma yang menghasilkan laba positif untuk pertama kalinya sebesar Rp 137 miliar. Capaian itu dinilai sebagai peningkatan yang solid dari kerugian pro-forma (ex Tokopedia) sebesar Rp 559 miliar pada kuartal III 2023.

"Peningkatan ini mencerminkan keluarnya sebagian dan dekonsolidasi bisnis e-commerce, bersamaan dengan komisi sebesar Rp 172 miliar, serta dibantu oleh peningkatan kinerja dalam layanan on-demand dan peningkatan pesat di unit keuangan," terangnya dalam riset, Kamis (31/10).


Pendapatan dari layanan mobility on-demand (setelah dikurangi perubahan model pengiriman dari agensi ke prinsipal) meningkat 15% menjadi Rp 3,7 triliun yang dibantu oleh layanan berjenjang, yang membantu menghindari perang subsidi.

"Manajemen mencatat bahwa pasokan telah menjadi kendala pada kuartal terakhir, yang mana hal ini cukup menggembirakan," sambungnya.

Baca Juga: IHSG Naik 1,50% ke 7.303,4 di Sesi I Senin (25/11), Top Gainers: BBNI, PGASI, BMRI

Dari unit finansial, banyak fokus diberikan karena pinjaman meningkat tiga kali lipat menjadi Rp 4,3 triliun. Guidance dari manajemen adalah akan melipatgandakannya lagi pada akhir 2025.

Aplikasi GoPay diluncurkan tahun lalu, dan telah mendapatkan permintaan yang kuat, terutama untuk pinjaman tunai. Bisnis ini mengalami kerugian EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp 65 miliar.

Meski begitu, diperkirakan akan mencapai titik impas pada kuartal berikutnya, satu tahun lebih cepat dari jadwal. "Kami melihat bisnis ini sebagai pendorong utama profitabilitas," katanya.

Di sisi lain, masih terdapat pekerjaan rumah dengan kerugian bersih proforma untuk kuartal ini sebesar Rp 1,64 triliun. Namun, nilai tersebut sepertiga lebih kecil dari tingkat tahun sebelumnya, dan setengah dari kerugian tersebut berasal dari e-commerce yang memiliki jangka waktu yang panjang untuk didanai oleh TikTok sebagai bagian dari kesepakatan merger.

Baca Juga: IHSG Dibayangi Berbagai Katalis Negatif, Cermati Peluang Window Dressing Akhir Tahun

Secara keseluruhan, Peter menilai neraca keuangan sehat dan unit-unit bisnis menunjukkan tren yang baik. "Bisnis telah membaik sejak inisiasi kami pada kuartal terakhir, dengan kenaikan harga kedua untuk tahun ini di e-commerce yang terjadi pada bulan September, dan Temu yang dilarang di Indonesia juga membantu," terangnya.

Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, Deutsche Bank melihat GOTO memiliki nilai yang menarik karena didukung sejumlah faktor. Pertama, posisi yang kuat dalam mobilitas dan e-commerce yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan unit keuangannya.

Kedua, keuangan yang membaik secara tajam dengan EBITDA yang disesuaikan mencapai titik impas tahun ini. Ketiga, statusnya sebagai jawara lokal dengan keuntungan regulasi yang ditawarkan. Keempat, neraca yang kuat yang dapat mendanai pertumbuhan atau pengembalian modal.

"Kami mempertahankan peringkat buy dan menaikkan target harga menjadi Rp 85," tutup Peter. Sebelumnya dia menetapkan target GOTO di Rp 70 per saham.

Senin (25/11), harga saham GOTO turun 2,56% ke Rp 76 per saham.

Selanjutnya: SoKlin Softener Fine &Comfort Hadirkan Sentuhan Lembut Optimalkan Tumbuh Kembang Anak

Menarik Dibaca: Promo Es Krim Alfamart s/d 30 November 2024, Es Krim Joyday-Glico Beli 2 Lebih Murah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati