DEWA Yakin Pendapatan 2008 Tumbuh 32,7%



JAKARTA. PT Darma Henwa Tbk (DEWA) tak mau ketinggal­an mencicipi untung dari lonjak­an harga batubara dunia pada tahun ini. Perusahaan penyedia jasa kontraktor pertambangan ini meyakini bisa meraih penda­patan sebesar Rp 300 miliar pada akhir tahun nanti atau tumbuh sekitar 32,7% dari pen­capaian pada tahun lalu.

Untuk mencapai target terse­but, Darma Henwa bakal me­ningkatkan volume kontrak pe­nambangan batubara dengan dua anak usaha PT Bumi Re­sources Tbk (BUMI), yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia, hingga menjadi sembilan juta ton.

Di tambang Bengalon milik KPC, emiten bersandi DEWA ini menargetkan, produksi batuba­ra bisa mencapai delapan juta ton atau naik 2,3 juta ton dari volume tahun lalu sebanyak 5,7 juta ton. Sedangkan di tambang Asam-Asam, Kalimantan Sela­tan, milik Arutmin yang baru berproduksi tahun ini, DEWA menargetkan, produksi batuba­ra mencapai satu juta ton tahun ini dan selanjutnya jadi 1,5 juta ton pada 12 bulan mendatang.


Sayang, Sekretaris Perusaha­an DEWA Devindra Ratzarwin enggan mengungkapkan nilai kontrak dengan dua tambang milik KPC dan Arutmin tersebut. Yang jelas, kontrak itu bisa me­nopang kinerja DEWA tahun ini yang menargetkan pendapatan sebesar Rp 300 miliar.

Devindra menambahkan, kon­trak penambangan di Bengalon berlaku hingga cadangan batu­bara di lahan itu habis. Ia mem­perkirakan, lahan itu mengan­dung 164 juta ton batubara yang mengandung 5.800 kilo kalori (kkal) per kilogram. Hasil tam­bang itu digunakan sepenuhnya untuk kebutuhan KPC.

Sedangkan di tambang Asam-Asam, kontrak DEWA berlaku selama 20 tahun. Lahan ini mengandung 204 juta ton batu­bara. "Batubara ini akan dipasok ke pembangkit listrik milik PLN (Perusahaan Listrik Negara)," imbuh Kepala Hubungan Inves­tor Darma Henwa Perry Slangor, di Jakarta, kemarin (30/6).

Untuk mencukupi kebutuhan dana berbagai rencana kerja tersebut, Darma Henwa juga masih mengantongi sisa dana hasil penjualan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) pada September tahun lalu yang mencapai Rp 2,79 triliun. Devindra mengung­kapkan, hingga kini, perusaha­annya baru menggunakan dana IPO sebesar Rp 570,15 miliar.

DEWA akan memakai sisa dana Rp 2,22 triliun untuk mem­beli alat berat pertambangan dari Hitachi dan Komatsu. "Kami belum bisa menghitung jumlah alat berat yang akan ditambah karena pasokannya minim," im­buhnya. Kemarin, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) juga memutuskan DEWA tak mem­bagikan dividen pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test