KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pembuat kebijakan di Bank of Japan (BOJ) berdebat apakah kebijakan pelonggaran tambahan diperlukan untuk mencapai target inflasi yang dipatok bank sentral. Dalam ringkasan pertemuan 30-31 Oktober yang dilansir dari
Reuters, beberapa anggota dewan BOJ bersikeras bahwa komunikasi dengan pasar sangat dibutuhkan. Dengan begitu bank sentral akan mempertahankan kebijakan moneter yang longgar mengingat waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat target inflasi pada 2%.
Baca Juga: Gara-gara demo, ajang penghargaan K-pop batal digelar di Hong Kong Salah satu anggota BOJ mengatakan bahwa langkah pelonggaran tambahan akan diperlukan jika momentum menuju target inflasi terputus-putus. Sementara pada pertemuan Oktober lalu, BOJ mempertahankan kebijakan moneter yang stabil namun mengungkapkan kesiapan mereka untuk memangkas suku bunga jika diperlukan. Dalam suatu pernyataan kebijakan pada bulan lalu, BOJ juga mengatakan pihaknya memperkirakan suku bunga jangka pendek dan panjang akan tetap pada level saat ini atau lebih rendah, mengingat adanya upaya untuk memenuhi target yang cukup sulit. Namun anggota dewan BOJ, Goushi Kataoka, tidak setuju dengan perubahan panduan ke depan. Menurutnya momentum tersebut telah hilang. Pada ringkasan pertemuan Oktober, beberapa anggota dewan memperingatkan bahwa ketidakpastian jangka panjang akan tetap tinggi bahkan ketika risiko jangka pendek mulai merendah karena kemajuan negosiasi perdagangan AS-China.
Baca Juga: Bursa Asia memerah kena imbas memanasnya Hong Kong Salah satu anggota dewan lain mengatakan, BOJ perlu memberi sinyal bahwa kebijakan tersebut lebih condong ke akomodasi moneter dan
downward bias in monetary policy. Namun, anggota lainnya mengatakan tidak ada peningkatan risiko jika target inflasi tidak terpenuhi.
Di bawah kebijakan pengendalian kurva hasil, BOJ berjanji untuk mengendalikan bunga jangka pendek pada -0.1% dan hasil obligasi 10 tahun pemerintah ada di sekitar 0%. BOJ juga membeli obligasi pemerintah dan aset berisiko untuk mempercepat inflasi untuk mencapai target. Para pembuat kebijakan selama ini berada di bawah tekanan karena coba mengimbangi dampak perlambatan ekonomi yang terjadi di negara lainnya terhadap perekonomian Jepang. Dengan meningkatnya risiko terhadap prospek itu, Perdana Jepang Menteri Shinzo Abe pada Jumat lalu meminta kabinetnya untuk menyusun paket stimulus untuk mendukung ekonomi dan membangun infrastruktur untuk mengatasi bencana alam.
Baca Juga: Dua jam pertama festival 11.11, Alibaba Group catat GMV US$ 18,32 miliar Editor: Tendi Mahadi