Dewan direksi Toshiba gelar pertemuan darurat hari ini (13/6), bahas kandidat komite



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Dewan direksi Toshiba Corp akan mengadakan pertemuan darurat hari Minggu (13/6). Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas penunjukan kembali beberapa kandidat untuk tiga komite dewan utama menjelang pertemuan pemegang saham 25 Juni.

Mengutip Reuters, dewan konglomerat Jepang akan mempertimbangkan untuk penunjukkan kembali kandidat untuk komite audit, nominasi dan kompensasi, setelah perusahaan penasehat pemegang saham utama merekomendasikan beberapa kandidat.

Pertemuan darurat itu terjadi ketika perusahaan sedang mengalami krisis setelah ada pengungkapan pekan ini bahwa manajemen serta anggota dewan berkolusi dengan pemerintah Jepang untuk menekan investor asing.


Menurut penyelidikan komisi pemegang saham yang dirilis pada Kamis lalu, kepemimpinan Toshiba bekerjasama dengan Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) untuk menghajar pemegang saham asing.

Baca Juga: Toshiba dismisses $20 billion CVC offer as lacking detail

Menambah tekanan, perusahaan penasihat pemegang saham Institutional Shareholder Services Inc (ISS) merekomendasikan bahwa pemegang saham harus memilih menentang penunjukan kembali ketua dewan Osamu Nagayama dan empat direktur lainnya.

Sementara itu, empat direktur independen perusahaan yang semuanya non-Jepang telah mengatakan bahwa mereka tidak lagi mendukung daftar penuh calon direktur yang dicalonkan oleh Toshiba.

"Orang bisa berargumen bahwa karena laporan investigasi baru dirilis pada 10 Juni, tidak ada waktu untuk mengubah calon direktur," kata ISS dalam laporannya.

Namun, ISS menambahkan, tidak mungkin anggota komite nominasi tidak menyadari pentingnya insiden itu dan kekhawatiran pemegang saham yang menyertainya. “Sebab, tuduhan ini juga telah lama diajukan,” tambah ISS.

Penasihat perusahaan AS lainnya, Glass Lewis, juga telah mendesak pemegang saham pada RUPS tahun ini untuk memilih menentang penunjukan kembali lima direktur yang sama.

Selanjutnya: Pembuat memori cip terbesar kedua dunia tunda IPO, ini penyebabnya

Editor: Herlina Kartika Dewi