Dewan Keamanan PBB Gelar Pertemuan Darurat Terkait Pertempuran di Gaza



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Dewan Keamanan PBB pada Senin (8/8) menggelar pertemuan darurat untuk membahas pertempuran di Gaza. Meski sedang dalam fase gencatan senjata, PBB merasa situasinya masih sangat rawan.

Utusan PBB untuk Timur Tengah Tor Wennesland mengingatkan, setiap gesekan kecil bisa saja berubah menjadi pertempuran yang besar.

"Gencatan senjata itu rapuh. Setiap dimulainya kembali permusuhan hanya akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi Palestina dan Israel," ungkap Wennesland, seperti dikutip Al Jazeera.


Pada Jumat (5/8) pekan lalu, Israel memulai pertempuran dengan menyerang sejumlah titik yang dikuasai kelompok militan Palestina, Islamic Jihad, di Gaza.

Setidaknya 44 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangkaian serangan roket. Hampir setengahnya adalah warga sipil, termasuk 15 anak-anak. Kementerian Kesehatan Gaza pun melaporkan ratusan orang di wilayah itu mengalami luka-luka.

Baca Juga: Jihad Islam Palestina Tembak 100 Roket, Respons Serangan Udara Israel ke Gaza

Sebagai balasan, Islamic Jihad kemudian menembakkan ribuan roket. Israel melaporkan, sebagian besar roket berhasil dihalau oleh sistem pertahanan udara Iron Dome andalan mereka.

Sayangnya, ada puluhan orang yang terluka akibat pecahan rudal yang meledak di udara. 

Dalam laporannya, Wennesland menyebutkan, sekitar 20% dari sekitar 1.100 roket yang ditembakkan oleh Islamic Jihad telah jatuh di Jalur Gaza dan menewaskan warga Palestina sendiri.

"Harus ada satu hasil dan satu hasil saja, untuk mengutuk Islamic Jihad atas kejahatan perang, atas pembunuhan warga Palestina yang tidak bersalah," ungkap Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan.

Baca Juga: Israel dan Militan Palestina Umumkan Gencatan Senjata di Jalur Gaza

Di sisi lain, Duta Besar Palestina Riyad Mansour mengutuk Israel dengan menyebut negara itu telah melakukan agresi yang tidak dapat dibenarkan.

"Berapa banyak lagi anak yang harus kami kubur sampai seseorang berkata cukup sudah cukup?" tegasnya.

Mesir menjadi penengah dalam pertempuran akhir pekan tersebut. Pada Minggu (7/8) malam, gencatan senjata akhirnya mulai berlaku berkat upaya Mesir.

Baik Israel maupun Palestina menegaskan, mereka akan siap memberi tanggapan langsung jika gencatan senjata dilanggar.

Pertempuran ini menjadi yang terburuk di Gaza sejak perang 11 hari yang terjadi tahun lalu. Saat itu, sedikitnya 250 orang telah kehilangan nyawa.