DGS BI: Rupiah masuk ekuilibrium baru



JAKARTA. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah terus berlanjut. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin (23/9), nilai tukar kembali melemah ke posisi Rp11.435/US$.

Menanggapi hal tersebut. Deputi Gubernur Senior BI terpilih, Mirza Adityaswara, meminta masyarakat untuk tidak terlalu khawatir menghadapi gejolak nilai tukar rupiah. Menurutnya, hal ini justru dapat membawa rupiah pada ekuilibrium baru.

"Jangan terlalu khawatir kondisi rupiah saat ini. Justru level rupiah dari Rp 9.500 ke posisi saat ini, akan membawa rupiah ke ekuilibrium baru. Jika dipaksa tetap berada di Rp 9.500, nanti akan tidak stabil," kata Mirza, Senin (23/9).


Menurutnya, pelemahan nilai yang terjadi saat ini justru akan membantu kestabilan ekonomi Indonesia. Mirza menilai, menguatnya nilai tukar rupiah beberapa waktu lalu ke level Rp 9.500/US$, justru membuat Indonesia lebih banyak melakukan impor dan menarik utang dalam denominasi dollar, karena menganggap mata uang Amerika Serikat itu murah.

Karena itu, menurut Mirza, hal itu justru membuat rupiah semakin tidak kompetitif. Menurutnya, meski ekonomi Indonesia booming saat nilai tukar rupiah di posisi Rp 9.000an, namun hal itu berarti over value lantaran impor barang dan utang luar negeri berdenominasi dollar dirasa murah.

"Jika rupiah terus menguat, sebenarnya hal itu harus dikhawatirkan. Karena, menguatnya rupiah bukan berarti hebat, justru impor menjadi tidak kompetitif. Impor menjadi banyak, utang luar negeri menjadi banyak, ini bahaya karena lama-lama bubble," ujar Mirza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: