KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dharma Polimetal Tbk (
DRMA) memasang target optimistis tahun ini. Emiten yang berfokus pada produksi komponen sepeda motor dan mobil ini menargetkan pendapatan bersih bisa tumbuh 20%. Sedangkan laba bersih dibidik tumbuh hingga 50%. Direktur Utama DRMA Irianto Santoso mengatakan, pasar kendaraan khususnya roda empat di dalam negeri masih berpotensi tumbuh. Data menunjukkan, kepadatan atau density mobil di Indonesia masih sangat kecil, yakni hanya 78 per 1.000. Bandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand dengan density 281 per 1.000 dan Malaysia dengan density 433 per 1.000. Jepang, negara yang terkenal dengan system transportasi misalnya yang lengkap dan hanya berpenduduk 130 juta pun penjualan mobilnya cukup moncer. Angka penjualan mobil domestik di Negeri Sakura itu bisa mencapai 5 juta sampai 6 juta unit per tahun. Sementara itu, penjualan mobil di Indonesia masih di kisaran 1 juta unit.
Baca Juga: Dharma Polimetal (DRMA) Catatkan Penjualan Bersih Rp 915,8 Miliar di Kuartal I-2022 Selain pasar yang masih potensial, penjualan otomotif dalam negeri juga terbantu oleh insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM) oleh pemerintah. Untuk mendukung bisnis, DRMA menggelontorkan belanja modal atau
capital expenditure (capex) senilai Rp 230 miliar sampai Rp 300 miliar. Salah satu peruntukannya adalah pembangunan pabrik baru. Irianto mengatakan, pembangunan gedung pabrik ini sudah berjalan. Pabrik anyar ini direncanakan rampung pada Agustus 2022. “Harapannya akhir tahun ini sudah beres dan awal tahun depan sudah beroperasi. Jadwalnya tidak bisa diundur karena mengikuti jadwal
customer,” terang Irianto dalam paparan publik yang digelar Samuel Sekuritas Indonesia, Kamis (12/5). Ke depan, DRMA juga akan masuk di segmen kendaraan roda tiga atau
three wheels (3w).Kendaraan ini disasarkan untuk usaha kecil menengah (UKM). Selain itu, ekspansi ke segmen roda tiga ini juga menjadi batu loncatan DRMA dalam mengembangkan kendaraan listrik atau
electric vehicle (EV). Hanya saja, kenaikan harga bahan baku baja menjadi catatan tersendiri bagi DRMA. Irianto tidak menampik, kebutuhan baja untuk keperluan otomotif masih didatangkan dari pasar impor. Sejauh ini, pasar baja lokal tidak ada yang memenuhi spesifikasi untuk keperluan otomotif, dan lebih cocok untuk keperluan konstruksi.
Untuk menanggulangi kenaikan harga bahan baku, mulai tahun lalu DRMA sudah mulai menambah persediaan atau inventory. DRMA juga membuat semacam quotation kepada pelanggan yang di dalamnya tercantum sejumlah asumsi dasar, seperti nilai mata uang asing yang berpengaruh terhadap harga baja dan juga harga material yang dipakai.
“Dengan asumsi dasar itu, ketika sudah disetujui (pelanggan), maka menjadi
pricing policy dan bisa
men-
adjustment harga,” pungkas Irianto. Pun demikian halnya ketika harga bahan baku mengalami penurunan. Aksi ini bisa menjadi
win-
win solution antara DRMA dengan pelanggan. Sepanjang kuartal pertama 2022, DRMA mencatatkan penjualan bersih senilai Rp 915,8 miliar. Pencapaian tersebut tumbuh 36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 675,6 miliar. DRMA tercatat memiliki laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp115,9 miliar, naik 122% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 52,2 miliar. Ke depan, DRMA berupaya untuk meningkatkan produksi komponen-komponen untuk kendaraan roda 4. Sebab, DRMA menilai prospek bisnis mobil diprediksi akan terus bertumbuh seiring tumbuhnya GDP Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .