Dharma Satya (DSNG) akuisisi dua perusahaan yang masih rugi, ini alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) berencana untuk mengakuisisi dua perusahaan kelapa sawit di Kalimantan Timur. Nilai transaksi akuisisi ini mencapai Rp 1,35 triliun. Nilai transaksi ini mencapai 39% dari ekuitas DSNG sehingga merupakan transaksi material.

DSNG membeli 286.100 saham Bima Palma Nugraha senilai Rp 1 triliun dan 63.600 saham Bima Agri Sawit senilai Rp 348,4 miliar. Nilai akuisisi ini sudah termasuk utang afiliasi dan utang bank perusahaan.

Per 30 Juni 2018, Bima Palma Nugraha membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp 50,19 miliar. Total liabilitasnya mencapai Rp 868,32 miliar. Demikian pula dengan Bima Agri Sawit yang mencatat kerugian sebesar Rp 13,61 miliar per 30 Juni 2018. Total kewajibannya mencapai Rp 657,09 miliar. Bahkan ekuitasnya masih tercatat negatif Rp 120,42 miliar.


Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo mengatakan bahwa pertimbangan akuisisi ini adalah untuk rencana bisnis jangka panjang. Dharma Satya berharap, akuisisi ini akan menciptakan sinergi operasional karena kebun yang diakuisisi juga berada di Kalimantan Timur.

"Pertimbangan DSNG dalam mengakuisisi suatu perusahaan adalah potensi kontribusi dari perusahaan target. Bukan hanya untuk jangka pendek tapi lebih ke arah jangka panjang. Meskipun kedua perusahaan target masih rugi, kondisi aset baik dan potensi ke depan baik untuk DSNG," kata Andrianto, Jumat (2/11).

Namun sebelum akusisi ini resmi, DSNG perlu menunggu persetujuan para pemegang saham. Emiten sektor perkebunan ini akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 10 Desember.

Jika resmi diakusisi, maka akan berkontribusi untuk kinerja DSNG secara langsung karena kedua perusahaan tersebut telah mampu menghasilkan CPO. "Kontribusi akan masuk konsolidasian DSNG begitu proses akuisisi final terjadi," kata Andrianto.

Asal tahu saja, total kas dan setara kas DSNG di akhir periode 30 September 2018 hanya sebesar Rp 243,51 miliar. Dalam pengumuman rencana akuisisi, DSNG menyebut, akan mendanai transaksi ini dari dana internal dan pembiayaan kembali atas aset Dharma Satya melalui pinjaman langsung dari perbankan.

Hingga kuartal ketiga tahun ini, penjualan DSNG mencapai Rp 3,3 triliun, turun 13% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dari penjualan tersebut, segmen kelapa sawit berkontribusi 79%.

Turunnya penjualan CPO dan masih rendahnya harga rata-rata CPO pada kuartal III tahun ini ikut memberikan tekanan pada kinerja finansial emiten ini. "Masih sejalan dengan target. Hingga saat ini belum ada revisi target pendapatan dan laba karena aktual harga rataa-rata CPO masih di atas asumsi target awal kami," kata Andrianto.

Dharma Satya akan memprioritaskan ekspansi organik apabila semua ketentuan terkait sustainability compliance sudah terpenuhi. Secara inorganik, DSNG masih akan mempertimbangkan potensi akuisisi yang akan memberikan nilai tambah, sinergi atau strategic benefit.

Hingga saat ini, Dharma Satya telah merealisasikan 70% belanja modal yang mencapai Rp 600 miliar. Emiten sawit ini menggunakan belanja modal untuk perawatan tanaman, infrastruktur, pembangunan pabrik kelapa sawit dan kebutuhan lainnya. Belanja modal tidak terserap sepenuhnya karena DSNG belum bisa untuk melakukan penanaman baru terkait izin high conservation value (HCV) dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati