KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) ingin mengerek kinerja operasionalnya tahun ini. Sampai tutup tahun nanti, emiten sawit ini mengincar pertumbuhan produksi minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) di atas 10% dibanding realisasi volume produksi tahun lalu. Direktur DSNG, Jenti Widjaja mengatakan, peluang pasar untuk produk CPO masih terbuka lebar. Menurutnya, sertifikasi berkelanjutan yang telah didapat DSNG untuk produk CPO perusahaan berpotensi mengantarkan DSNG untuk menggaet pelanggan-pelanggan baru. Asal tahu, saat ini pabrik-pabrik DSNG telah mendapatkan beberapa sertifikasi berkelanjutan seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO), dan lain-lain.
Baca Juga: Indeks agrikultur melorot 2,94% sepanjang 2021, ini rekomendasi saham dari analis Tahun lalu, DSNG juga didaulat menjadi penghuni baru indeks SRI-KEHATI untuk periode Desember 2020-Mei 2021. Catatan saja, Indeks SRI-KEHATI mengukur kinerja harga saham dari 25 perusahaan tercatat yang memiliki kinerja yang baik dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut Sustainable and Responsible Investment (SRI). “Dengan produk DSNG yang tersertifikasi sebagai produk CPO yang berkelanjutan, maka peluang pasar dan pelanggan baru akan semakin terbuka luas,” kata Jenti kepada Kontan.co.id, Senin (25/1). Mengutip laporan Investor Newsletter DSNG yang terbit bulan ini, DSNG mencatatkan penurunan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun lalu. Gara-gara fenomena El-Nino yang terjadi tahun 2019 lalu, realisasi TBS DSNG di tahun 2020 hanya mencapai 2,04 juta ton, turun 7,40% dibanding realisasi tahun 2019 yang mencapai 2,20 juta ton. Asal tahu saja, meski terjadi di tahun 2019, dampak fenomena El-Nino memang dirasakan di tahun 2021. Walaupun mencatatkan penurunan produksi TBS, DSNG berhasil mencatatkan produksi CPO sebanyak 636.947 ton, naik sekitar 4,40% dibanding realisasi tahun 2019 yang mencapai 610.050 ton. Hal ini lantaran membaiknya tingkat ekstraksi minyak sawit DSNG serta bertambahnya jumlah TBS pihak ketiga yang diolah seiring mulai beroperasinya kapasitas tambahan pabrik kelapa sawit (PKS) di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.