Dharma Satya Nusantara (DSNG) Luncurkan Segmen Bisnis Energi Terbarukan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tuntutan keberlanjutan saat ini semakin tinggi, sehingga semua perusahaan berlomba-lomba untuk sejalan dengan tuntutan tersebut. Hal itu yang mendorong inovasi PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dan meluncurkan segmen bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Chief Financial Officer Dharma Satya Nusantara, Jenti Widjaja mengatakan bahwa segmen bisnis EBT mulai pada tahun 2022. Dharma Satya Nusantara melakukan kemitraan strategis bersama erex Singapore Pte. Ltd., anak perusahaan erex Co., Ltd, yang bergerak di industri pembangkit tenaga listrik berbasis EBT di Jepang.

"Kerja sama ini memanfaatkan cangkang sawit sebagai bahan baku pembangkit listrik berbasis biomasa di Jepang," ujarnya kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.


Jenti menyebutkan bahwa pengembangan bisnis EBT Dharma Satya Nusantara, saat ini berfokus pada biomasa. Tujuannya untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah produksi Dharma Satya Nusantara, baik yang berasal dari segmen kelapa sawit maupun produk kayu, serta sejalan dengan tren keberlanjutan global.

Baca Juga: Permintaan Global Naik, Kinerja Emiten Sawit Bisa Lebih Legit

Namun, pihaknya juga menegaskan konsep Environmental Social Governance (ESG) sudah diterapkan perusahaan sejak awal berdiri. "Komitmen DSNG atas aspek ESG ini sudah sejak lama diterapkan di seluruh lini bisnis karena sejalan dengan visi Dharma Satya Nusantara untuk menjadi menjadi perusahaan kelas dunia yang bertumbuh bersama masyarakat dan dibanggakan negara," katanya.

Namun memang, pada awal masih dalam bentuk yang sederhana. Misalnya, pembangunan dan pembiayaan plasma, pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar melalui alih daya jasa angkutan tandan buah segar (TBS) dan crude palm oil (CPO) yang diserahkan kepada masyarakat, kegiatan CSR.

Sebagai informasi, perusahaan yang dinaungi Grup Triputra ini berdiri pada 1980 silam dengan menjalankan bisnis kayu. Lalu kemudian pada 1997 memasuki bisnis kelapa sawit, dimulai dengan mengelola perkebunan kelapa sawit di Desa Muara Wahau, Kalimantan Timur.

Hingga saat ini Dharma Satya Nusantara mengelola kebun kepala sawait lebih dari 112.700 hektare di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara. Selanjutnya, seiring prinsip ESG jadi trending global, DSNG memformalkan menjadi kebijakan keberlanjutan sejak 2020.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Sawit di Tengah Potensi Kenaikan Permintaan CPO Global

Inovasi yang dilakukan Dharma Satya Nusantara juga sejalan dengan ketatnya persaingan. "Inovasi dan agility menjadi DNA di DSNG dalam menghadapi berbagai tantangan bisnis yang sangat dinamis," sebutnya.

Dharma Satya Nusantara meyakini bahwa kemampuan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan adalah kunci untuk mempertahankan daya saing dan relevansi di pasar. Untuk itu, pihaknya juga mengintegrasikan teknologi terkini dan pendekatan manajemen yang fleksibel.

Hasilnya, DSNG mampu merespons tantangan dan peluang baru dengan efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Lanjut Jenti, inovasi juga tidak hanya terjadi di lini produk dan proses, tetapi juga dalam cara Dharma Satya Nusantara berinteraksi dengan para pemangku kepentingan dan pemegang saham terkait.

"Komitmen Dharma Satya Nusantara terhadap inovasi tercermin dalam berbagai inisiatif yang diakukan, mulai dari impelememtasi ESG, penelitian dan pengembangan (R&D), hingga penerapan GAP (Good Agriculture Practices) sehari-hari," paparnya.

Baca Juga: Dharma Satya Nusantara (DSNG) Optimistis Kinerja Positifnya Berlanjut di Semester II

Nah, sejak pertengahan 2023 segmen EBT berhasil memberikan kontribusi pada kinerja keuangannya. Dharma Satya Nusantara mengekspor cangkang kelapa sawit ke perusahaan pembangkit listrik di Jepang lewat perusahaan patungan PT Dharma Sumber Energi (DSE) dengan eRex Singapore Pte Ltd,.

Tahun 2023, DSE telah mengekspor 40.397 ton cangkang sawit ke eRex dengan estimasi pendapatan Rp 70,36 miliar. Hingga semester I 2024, segmen renewable energy ini kembali berkontribusi terhadap penjualan sebesar Rp 119 miliar atau setara 2,5% dari total pendapatan.

Naiknya kontribusi segmen itu didorong volume penjualan cangkang sawit sebesar 62.070 ton, melesat 228,46% dari semester I 2023 sebesar 18.897 ton. Rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) juga meningkat menjadi US$ 121 per ton dari US$ 107 per ton.

Secara keseluruhan, pendapatan DSNG tumbuh 8,04% secara tahunan (YoY) menjadi 4,7 triliun di semester I 2024. Adapun laba bersih melesat 39,23% YoY menjadi Rp 503,56 miliar.

Baca Juga: Prospek Emiten CPO, Antara Harga dan Faktor Cuaca

Jenti juga menegaskan bahwa inovasi keberlanjutan akan terus digalakkan. Sayangnya, ia belum mengungkapkannya lebih jauh. Ia menyebut, Dharma Satya Nusantara masih menggodok berbagai potensi bisnis untuk mengembangkan lini bisnis yang ada sekarang.

"Pengembangan bisnis baru tentunya akan disampaikan lebih lanjut apabila sudah matang," katanya.

Adapun untuk tahun ini, DSNG memproyeksikan pertumbuhan penjualan CPO sebesar 5%. Proyeksi pertumbuhan produksi CPO di tahun ini, harapannya, berasal dari peningkatan produktivitas kelapa sawit dari kebun inti dan kemitraan, baik rendemen maupun potensi tanaman yang lebih dari 70% berada di usia prima alias produktif.

Sementara itu, dari sisi harga saham, saat ini harganya berada di Rp 790 per saham. Harga itu masih berada di bawah harga saat IPO sebesar Rp 1.850.

Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih Dharma Satya Nusantara Kompak Naik pada Semester I-2024

Adapun emiten dengan kode saham DSNG ini melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2013 lalu. Dalam aksi korporasinya itu, Dharma Satya Nusantara menawarkan 275 ribu lembar saham.

Meski begitu, pergerakan harga DSNG secara tren cukup baik. Berdasarkan RTI, dalam 5 tahun terakhir harga sahamnya naik 102,56%. Sementara dari awal tahun 2024, harga saham DNSG telah naik sebesar 42,34%.

Adapun saham DSNG dikuasai PT Triputra Investondo Arya yang juga sebagai pengendali, dengan porsi sebesar 27,63%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati