KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mencatatkan pendapatan Rp 6,6 triliun hingga kuartal III 2023. Direktur Utama Andrianto Oetomo mengatakan, segmen kelapa sawit masih menjadi kontributor utama pendapatan DSNG dengan menyumbang 88% dari total pendapatan atau setara dengan Rp 5,8 triliun. “Pendapatan dari segmen kelapa sawit naik 7% dibandingkan periode sama tahun lalu,” ujarnya dalam keterbukaan informasi, Selasa (31/10).
Raihan itu didorong peningkatan produksi crude palm oil (CPO) yang naik 7,5% secara year on year (yoy), yang dipicu membaiknya produktivitas tandan buah segar (TBS), khususnya pada kuartal III 2023. Pada kuartal III 2023, produksi TBS DSNG naik 5,5% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan, secara kuartalan, baik kebun inti maupun plasma mengalami peningkatan produktivitas yang signifikan, dengan kenaikan sebesar 14,5% untuk kebun inti dan 16,4% untuk plasma.
Baca Juga: Peminat Bursa CPO Masih Minim, Emiten Belum Kena Dampaknya Produksi CPO, Palm Kernel (PK) dan Palm Kernel Oil (PKO) DSNG juga meningkat, masing-masing sebesar 11%, 13%, dan 11%. “Selain itu, (oil extraction rate) OER pun naik dari 22,84% pada Q2 2023 menjadi 23,50% pada kuartal III 2023, meskipun dibandingkan tahun sebelumnya OER hingga September tahun 2023 lebih rendah 0,5%,” kata Andrianto. Harga rata-rata penjualan (average selling price/ASP) CPO juga lebih baik pada tahun ini senilai Rp 11,5 juta per ton. Meskipun demikian, peningkatan pendapatan DSNG dalam periode ini juga diimbangi dengan meningkatnya biaya pokok penjualan sebesar 11%, atau sekitar Rp 4,9 triliun. Hal itu disebabkan oleh kenaikan biaya pupuk, baik dari segi harga pupuk global maupun volume. “Belum berakhirnya perang Rusia dan Ukraina menyebabkan harga pupuk masih berfluktuasi. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, cost of sales meningkat 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” tutur Andrianto. Kenaikan biaya pokok penjualan ini ikut berkontribusi pada penurunan laba bersih Perusahaan sebesar 44% menjadi Rp 504 milyar dan penurunan EBITDA sebanyak 24% menjadI Rp 1,6 triliun. Selain itu, kondisi pasar produk kayu juga belum menunjukkan kinerja terbaiknya saat ini, dengan pendapatan turun 33% menjadi Rp 800 miliar. Tingkat suku bunga yang cenderung bertahan tinggi di negara-negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Uni Eropa, dan Jepang, sangat berpengaruh terhadap lesunya pasar properti di negara-negara tersebut, yang kemudian berdampak pada turunnya permintaan produk kayu DSNG. Walaupun demikian, penjualan kayu DSNG pada setiap kuartal di sepanjang tahun 2023 terus menunjukkan peningkatan, di mana penjualan untuk produk panel dan engineered flooring di kuartal III tahun 2023 masing-masing meningkat sebesar 18% secara tahunan dan 6% secara kuartalan.
“Namun, apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2022, penjualan produk panel dan engineered flooring lebih rendah masingmasing sebesar 18,2% dan 40,4%,” kata Andrianto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat