Di 2012, impor garam diperkirakan capai 200 ribu ton



JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan, kuota impor garam konsumsi pada 2012 sebesar 100.000 ton-200.000 ton. Jumlah itu ditetapkan dengan estimasi produksi garam pada 2011 mencapai angka normal sebesar 1,4 juta ton."Kalau produksi 2011 normal, maka impor garam 2012 akan kecil kembali pada level normal (100.000 ton-200.000 ton)," tutur Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo, pada jumpa pers kondisi pangan, Rabu (14/9).Penentuan kuota impor itu sesuai dengan niat menjaga ketersediaan garam tanpa mengabaikan kepentingan petani. Oleh karena itu, importasi garam yang diajukan berdasarkan rekomendasi Menteri Perindustrian tidak boleh dilakukan satu bulan sebelum, selama, dan dua bulan setelah panen raya garam rakyat.Masa panen raya garam rakyat itupun ditetapkan oleh MenteriPerindustrian dengan mempertimbangkan hasil kesepakatan rapat antarinstansi teknis dan asosiasi terkait di bidang garam. Sehingga upaya pemenuhan kebutuhan garam dalam negeri itu tidak merugikan petani. "Tapi (kuota impor pasti) akan dibahas lagi melihat produksi garam rakyat," katanya.Khusus importasi garam industri, tidak ada pelarangan masa larangan pengadaan luar negeri. Garam non-iodisasi itu untuk memenuhi kebutuhan industri aneka yang secara teknis tidak dapat menggunakan garam petani baik dari segi kualitas dan kemurniannya.Sekjen Kementerian Perdagangan Ardiansyah Parmin menambahkan, secara bisnis kebutuhan garam nasional mencapai 3,4 juta ton. Porsi itu terbagi menjadi 1,8 juta ton garam industri, sedangkan sisanya kebutuhan garam konsumsi.Saat cuaca normal, kebutuhan garam konsumsi dapat dipasok melalui produksi dalam negeri. Hanya saja, apabila terjadi anomali cuaca seperti 2010 yang berdampak pada kekurangan pasokan pada 2011 maka pemerintah terpaksa mengizinkan impor. Kekurangan pasokan 2011 terjadi karena petani garam harus memulai dari awal pembuatan alas dasar pembuatan garam yang kotor karena lumpur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie