Di ambang resesi, saham-saham ini masih menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia kuartal II 2020 turun 5,32%. Jika perekonomian Indonesia di kuartal III 2020 ini masih tercatat minus, maka Indonesia secara teknis mengalami resesi mengikuti beberapa negara lain. Sejauh ini sudah ada enam negara yang mengumumlan resesi seperti Korea Selatan, Jerman, Hong Kong, Jepang, Singapura, dan Amerika Serikat (AS). 

Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menjelaskan, di kuartal III 2020 produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih akan turun tapi tidak akan sedalam kuartal II ini. PDB diproyeksikan kontraksi 1,5%. 

Hal ini tercermin dari PMI (Purchasing Manager Index) Indonesia di bulan Juni sebenarnya sudah mulai pulih. Di sisi lain penjualan otomotif di Juni juga mulai pulih dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, pertumbuhan kredit bulan Juli tumbuh 2,3% tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan Juni yang mencapai 1,7%. 


Baca Juga: Resesi ekonomi mengancam Indonesia, ini saham-saham rekomendasi analis

Oleh karena itu, Janson memperkirakan akan ada perbaikan, tetapi kegiatan ekonomi belum akan mencapai kapasitas penuh karena kasus baru Covid-19 masih terus bertambah. "Selama belum mencapai peak dan belum melandai, baik konsumen maupun produsen masih sangat berhati-hati untuk melakukan aktivitas ekonomi full," kata Janson kepada Kontan.co.id, Kamis (6/8). 

Adapun kehati-hatian tersebut juga berdampak pada pertumbuhan laba perusahaan yang akan cenderung tertekan 10% hingga 15%, lebih baik dibanding kuartal II 2020. Melihat kondisi itu, Janson menyarankan investor untuk mencermati saham-saham barang konsumsi dan farmasi seperti KLBF, ICBP, INDF, UNVR, MYOR, dan ROTI.  Investor juga bisa mencermati sektor telekomunikasi seperti TLKM, EXCL, dan TOWR

Sektor-sektor tersebut dipilih karena memiliki pertumbuhan laba positif. Misalnya saja KLBF dan ICBP yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang impresif, masing-masing 10% dan 16%. "Di tengan pandemi yang penuh dengan ketidakpastian, konsumen cenderung price sensitive. Itu mengapa konsumer akan memprioritaskan spending di makanan dan kesehatan," jelas Janson. 

Baca Juga: IHSG naik 1% ke 5.178 di akhir perdagangan Kamis (6/8), saham ANTM dan UNTR melesat

Adapun di antara saham-saham di atas, berikut beberapa saham pilihan Janson, KLBF buy on weaknes di harga Rp 1.560 dengan target harga Rp 1.800.  ICBP juga disarankan buy on weakness Rp 9.800 dengan target harga Rp 12.000. EXCL buy on weakness di Rp 2.480 dengan target harga Rp 2.900. 

Tidak jauh berbeda, Nico juga menjelaskan di kondisi yang terancam resesi investor bisa mencermati saham-saham di sektor kesehatan seperti KAEF. Sektor infrastruktur seperti JSMR, TLKM, dan EXCL juga masih menarik. Tidak ketinggalan, sektor perbankan seperti BBCA, BMRI, dan BBNI juga menarik. 

Akan tetapi, di antara sektor-sektor tersebut, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Maximilianus Nico Demus, paling menjagokan saham-saham di sektor kesehatan. Sebab, sektor ini berpotensi memiliki sentimen paling baik hingga akhir tahun.

Baca Juga: Kebijakan lockdown terketat di dunia berujung resesi bagi Filipina

Melihat kondisi sejauh ini, Nico mengungkapkan kemungkinan Indonesia mengalami resesi cukup besar. Sebab, daya beli masyarakat menurun sehingga permintaan menjadi tertekan. Ketika tidak ada  permintaan, produksi pun juga akan menyesuaikan. Di sisi lain, pandemi Covid-19 masih belum teratasi, sehingga masyarakat cenderung menyimpan dananya untuk berjaga-jaga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati