Di Bengkulu, 300 kapal pukat harimau menghilang



BENGKULU. Menjelang kedatangan Presiden Joko Widodo di Bengkulu, Selasa (25/11) sore, ratusan kapal penangkap ikan yang menggunakan trawl (pukat harimau) yang biasa beroperasi di Perairan Bengkulu menghilang.

"Sejak empat hari lalu kapal yang biasa menangkap ikan menggunakan trawl di laut Bengkulu menghilang, mereka tahu Pak Jokowi ke Bengkulu mau dialog dengan kami nelayan dan kami tahu ada 300 lebih kapal penangkap ikan yang gunakan trawl dan kami akan cerita ke Pak Jokowi itu musuh kami," kata Ucok, salah seorang nelayan Kelurahan Malabero, Kota Bengkulu, pagi tadi.

Ucok menceritakan, peralatan trawl dan jaring harimau disimpan oleh pelaku saat kedatangan Presiden. Biasanya, alat itu disimpan di hutan atau ditenggelamkan di tengah laut, namun diberi pelampung dan dipindai dengan menggunakan koordinat GPS.


"Mereka sudah canggih, alat trawl mereka tenggelamkan di tengah laut, tapi di mana laut, namun lokasi penenggelaman alat itu mereka pindai pakai GPS, kalau Jokowi udah pulang kan alatnya bisa diambil lagi," ungkap Ucok.

Persoalan trawl merupakan keluhan utama bagi nelayan Bengkulu, bahkan mereka analogikan lebih berat menghadapi trawl daripada menghadapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Trawl pertama kali ada di Bengkulu sejak tahun 1986. Kala itu ada 52 kapal dari luar Bengkulu datang menangkap ikan menggunakan trawl dan ditangkap oleh neyalan setempat lalu diserahkan ke polisi.

Namun, berselang satu hari penangkapan kapal trawl tersebut dilepas oleh aparat kepolisian. Sejak saat itu, alat tangkap yang merusak itu marak di Bengkulu. Perang besar antara nelayan kecil dan pelaku trawl pecah pada tahun 2000. Beberapa kapal trawl dibakar oleh nelayan yang marah.

Pascabentrok tersebut aktivitas mengambil ikan menggunakan trawl kembali marak hingga saat ini dan pemerintah seolah tak bertindak. Menanggapi hal ini, Komandan Angkatan Laut (Lanal) Bengkulu Letkol Laut (P), Amrin Rosihan Hendrotomo mengaku mengatahui aktivitas tersebut.

"Saya mengetahui informasi tersebut dari perwira intelijen kami memang marak aktivitas pengambilan dari trawl, mereka merupakan masyarakat nelayan Bengkulu sendiri, notebenenya nelayan kecil, jika tindakan hukum tegas kami jatuhkan tentu kasihan, maka dari itu langkah-langkah persuasif seperti diskusi dan dialog saat ini kami galakkan dengan pelaku yang mencari ikan dengan menggunakan trwal tersebut," kata Danlanal beberapa waktu lalu. (Kontributor Bengkulu, Firmansyah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie