KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi yang memberi bayangan resisi membuat masyarakat memburu instrumen emas untuk berinvestasi. Hal ini mendorong pertumbuhan jumlah pengguna maupun transaksi emas yang terjadi dalam platform digital. PT Tamasia Global Sharia misalnya membuktikan terjadi pertumbuhan pengguna baru 30% secara bulanan atau month on month (mom). EO & Co-Founder Tamasia Muhammad Assad bilang saat ini memiliki 400.000 pengguna layanan emas secara digital dengan prinsip syariah. Assad bilang, para pengguna Tamasia didominasi oleh milenial berusia 25 tahun hingga 40 tahun. Secara demografis, kebanyakan berasal di pulau Jawa.
Baca Juga: Harga emas Antam turun Rp 2.000, potensi rugi 10,62% pembeli sepekan lalu “Secara transaksi juga seiring dengan pertumbuhan pengguna baru, itu tumbuh 30% secara bulanan. Bahkan pada awal pandemi, April hingga Juni itu bisa tumbuh 50%. Padahal biasanya kita hanya tumbuh 10% hingga 20%,” ujar Assad kepada Kontan.co.id pada Selasa (13/10). Lanjut Ia, pada awal pandemi saat harga emas menyentuh harga Rp 1 juta, banyak para pengguna melakukan aksi taking profit atau buy back. Namun, saat ini para pengguna telah melihat harga emas di kisaran Rp 1 juta merupakan harga standar. “Peningkatan buyback kita sekitar 20% setelah lebaran. Jadi dulu orang banyak pada nabung. Saat mereka lihat margin bagus, mereka jual. Namun sekarang sudah normal kembali,” jelas Assad. Ia menjelaskan kenaikan transaksi dan pengguna ini juga tak terlepas dari upaya Tamasia bekerja sama dengan pihak ketiga seperti Grab Kios dan PT Pos Indonesia. Lewat kerja sama ini, Tamasia bisa melayani transaksi jual beli emas di cabang mitra strategis ini.