KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Mineral (ESDM) Arifin Tafrif menyampaikan komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi pada sektor energi bisa mencapai 358 juta ton CO2 pada tahun 2030. Hal ini disampaikan dalam sambutanya dalam salah satu rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Conference of the Parties ke-28 (COP28) di Dubai. Tasrif menegaskan bahwa target Indonesia dalam mengurangi emosi karbon sudah tertuang dalam komitmen iklim Indonesia atau Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC).
"Pada sektor energi, Indonesia meningkatkan target pengurangan emisi menjadi 358 juta CO2 pada 2030, dengan mengembangkan energi terbarukan, efisiensi energi, bahan bakar rendah karbon, dan teknologi batubara bersih," ujar Arifin dalam keterangannya, Kamis (7/12).
Baca Juga: Indonesia Berkomitmen Capai Nol Emisi Karbon Sebelum 2060 Arifin menyampaikan, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang yang sangat besar, yakni 3.687 gigawatt (GW). Dari total tersebut, potensi energi surya menjadi yang terbesar mencapai 3.294 GW. Dalam kesempatan tersebut, Arifin juga menyampaikan bahwa Indonesia kini berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata dengan kapasitas 145 Megawatt, yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Proyek Cirata, imbuh Arifin, memiliki berbagai tujuan, termasuk memanfaatkan lahan reservoir dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata untuk menghasilkan listrik secara mandiri dan memenuhi meningkatnya permintaan energi terbarukan di sistem kelistrikan Pulau Jawa. Sebagai tanda komitmen dalam melawan perubahan iklim, Indonesia telah menetapkan target ambisius dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat. "Kami berencana untuk menghasilkan listrik sebesar 708 GW, di mana 96 persennya berasal dari pembangkit listrik energi terbarukan, dan 4 persen sisanya dari tenaga nuklir," jelas Arifin. Adapun investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pembangkit listrik dan transmisinya diperkirakan sekitar US$ 1,108 miliar, dengan investasi tambahan sebesar US$ 28,5 miliar sampai tahun 2060.
Baca Juga: Saat COP28, Indonesia Percaya Diri Menyebut Telah Menjalankan Kendali Iklim Sementara sampai tahun 2030, pemerintah berkomitmen untuk mencapai NZE melalui strategi ganda yang mencakup dua pengembangan.
Pertama, dari sisi suplai sesuai yang diuraikan pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
Kedua, dari sisi demand, termasuk adopsi kendaraan listrik, kompor induksi, mandatori B40, dan peningkatan praktik manajemen energi di berbagai sektor. Meski begitu pihaknya mengakui dalam mencapai NZE masih ditemui hambatasn seperti teknologi, rantai pasokan, infrastruktur, pendanaan, dan insentif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat