JAKARTA. Keberadaan jalan rusak dan berlubang di Ibukota semakin mengkhawatirkan, dalam dua pekan terakhir, jumlah jalan rusak di Jakarta telah mencapai hampir 4.000 titik. Hingga Rabu (29/1/2014) ju,lah jalan rusak adalah menjadi 3.905 titik yang tersebar di 512 ruas jalan. Sedangkan per (16/1/2014) hanya ada sebanyak 1.818 titik. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta, secara luasan kerusakan jalan ini mencapai 119.448,5 meter persegi, atau 11,9 hektar. Kerusakan jalan paling banyak di wilayah Jakarta Utara yakni sebanyak 2.590 titik dengan luas 81.049 meter persegi. Kemudian diikuti oleh Jakarta Pusat sebanyak 437 seluas 7177.5 meter persegi, Jakarta Timur 668 titik seluas 8.688 meter persegi dan Jakarta Barat 210 titik seluas 7.649 meter persegi.
Sementara untuk di Jakarta Selatan kerusakan jalan belum terdata jumlah lokasi titiknya, namun luasan kerusakan mencapai 14.885 meter persegi. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengakui kualitas jalan di Jakarta sangat buruk dan penanganannya masih kuno. Menurutnya, Jakarta seharusnya sudah menggunakan teknologi yang terbaru. ”Jangan kaya kampung gitu gitu. Ini kan Ibu Kota. Masa kerjanya kaya di kampung, nambel-nambel begitu,” kata Basuki di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (29/1/2014). Ia menilai dengan cara penambalan jalan yang kampungan sangat wajar kerusakan jalan terjadi dalam waktu yang cepat. Ia juga mengakui proyek pengaspalan di DKI Jakarta mirip proyek abadi di Jalur Pantura Jawa karena setiap tahun ada alokasi perbaikan penambalan jalan rusak atau berlubang. ”Kementerian PU kan kayak gitu, perbaikan pantura tiap tahun kan jadi proyek abadi. Karena kita tidak pernah hitung lagi soal konstruksi bawahnya apakah sudah berumur 10 hingga 20 tahun,” ujarnya. Menurutnya, perbaikan jalan negara-negara di Eropa menggunakan teknologi kota yang memerhatikan konstruksi di bawah jalan. Sehingga begitu dibongkar jalan rusak, langsung dikerjakan. Sedangkan di Jakarta, sebaliknya, sudah dibongkar, lalu dibuang dulu puingnya, kemudian baru di tambal. Sehingga waktu pengerjaannya terlalu lama. Ahok mengatakan, selama ini, Dinas PU tidak pernah mengelupas aspal atau membongkar konstruksi bawah jalan rusak. “Jadi sudah 10-20 tahun tidak pernah dibongkar bawah jalan. Selama ini hanya di tempel, tempel. Kalau nempel nempel, bisa anjlok juga. Kalau bongkar ini saluran air berubah nggak. Ada teknologi di Eropa, setelah dibongkar, langsung dikerjakan. Harusnya kota maju seperti itu kan,” paparnya.
Ia meminta Dinas PU memasukkan penerapan teknologi tersebut ke dalam e-catalog. Sehingga waktu perbaikannya tidak memakan waktu terlalu lama dan konstruksi bawah tanah semakin baik. Kepala Humas Dinas PU DKI Jakarta Puka Yanuar mengatakan jalan rusak ini telah dikerjakan sebagian oleh petugas Satgas Jalan Dinas PU DKI Jakarta. 139 titik telah ditangani atau seluas 5.449 meter persegi. Perbaikan itu ada menggunakan tambal sulam dengan hotmix dan menggunakan paving block. ”Kami terus berupaya mengerjakan jalan rusak tidak bertambah lebih cepat. Setidaknya jalan yang diketahui rusak dapat ditangani, agar tidak berjatuhan para korban,” ungkapnya. (Ahmad Sabran) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan